MENGEMBANGBIAKAN TANAMAN SECARA GENERATIF
A. Menjelaskan
Prinsip Pembiakan Tanaman Secara Generatif
1. Pengertian Pengembangbiakan Tanaman Secara Generatif
Perkembangbiakan tanaman secara
generatif merupakan perbanyakan tanaman yang berasal dari biji. Setelah
terjadinya penyerbukan, inti generatif serbuk sari akan membelah menjadi dua
sel sperma (gamet jantan). Satu sperma membuahi sel telur untuk membentuk zigot.
Sperma yang lain menyatu dengan kedua inti sel yang terdapat di tengah kantung
embrio untuk membentuk endosperma. Penyatuan dua sperma dengan sel-sel yang
berbeda dalam kantung embrio disebut pembuahan ganda. Setelah fertilisasi
ganda, bakal biji akan berkembang menjadi biji dan bakal buah akan berkembang
menjadi biji dan bakal buah akan berkembang menjadi buah.
Budidaya
tanaman membutuhkan berbagai teknik untuk mengoptimalkan
produksi. Dari sisi tata bahasa, teknik adalah suatu
keterampilan khusus yang dibutuhkan agar dapat melakukan suatu kegiatan praktek
yang produktif (Oxford, 2003); pembenihan adalah rangkaian proses
budidaya tanaman untuk menghasilkan benih; sedangkan tanaman adalah
tumbuhan yang dibudidayakan. Oleh karena itu, teknik perbenihan
tanaman adalah suatu keterampilan khusus yang harus dikuasai seseorang agar
dapat memproduksi benih tanaman, baik benih vegetatif (bibit) maupun benih
generatif sehingga tanaman berproduksi secara optimal.
2. Seputar Buah dan Biji
Buah dan biji
Buah pada umunya merupakan organ tanaman tempat menyimpan benih dan hasil
foto-sintesis. Biji sebagai calon benih yang pada umumnya berada di dalam
buah terbentuk melalui proses berikut: setelah tepung sari mendarat
dengan tepat pada kepala putik, maka dengan segera dan secara bersam-sama
jaringan pembuahan tersebut akan menye-rap air dan nutrisi tanaman berupa gula
dan akan membentuk tabung sari. Tabungsari akan tumbuh dan menembus
tangkai putik (style), menuju ke arah kantung lembaga. Di tempat tersebut
sel jantan bertemu dengan sel telur, untuk membentuk zigot. Zigot akan
tumbuh menjadi embrio biji. Pembuahan adalah permulaan dari
pertumbuhan ovari yang cepat dan selanjutnya berkembang menjadi biji.
Pada biji yang sedang berkembang, perkembangan embrio didahului oleh
pertumbuhan endosperm. Perkembangan biji akan diakhiri dengan
pemben-tukan integumen pada jaringan ovari induk. Biji akan tumbuh dan
berkembang sampai menjadi bentuk yang sempurna dan memenuhi standar untuk
menjadi benih.
Biji yang
memenuhi kriteria tertentu dapat dijadikan benih. Benih tanaman
yang ditumbuhkan pada media semai yang mengandung air akan tumbuh dan
berkembang menjadi bibit. Pertumbuhan bibit sangat tergantung pada
cadangan makanan di dalam benih (endosperm). Cadangan makanan dalam benih
adalah karbohidrat, lemak dan protein. Benih yang ditumbuhkan pada
media semai akan melakukan proses perkecam-bahan (germination).
Perkecambahan benih sangat dipengaruhi oleh viabilitas benih dan lingkungan
yang cocok untuk pertumbuhan dan perkem-bangan bibit. Benih yang sedang
berkecambah sangat peka terhadap penyakit tanaman dan gangguan fisik
sehingga selama proses ini sangat memerlukan perlindungan
(proteksi). Perlindungan kecambah atau bibit muda sebaiknya dilakukan
dengan memasang pelindung berupa naungan dari plastik atau paranet.
Naungan
berfungsi sebagai pelindung kecambah dan bibit muda dari sengatan sinar
mata-hari, dan organisme pengganggu tanaman.Pada biji monokotil, morfologi biji
terdiri dari kulit biji, endosperm, kotiledon, dan embrio. Pada biji
tanaman Gymnospermae, morfologi biji terdiri dari kulit biji (testa), mega
gametofit, embrio yang terdiri dari kotiledon dan calon akar), sedangkan untuk
biji dikotiledon terdiri dari kulit biji (testa) dan embrio (dua kotiledon,
calon akar dan calon daun pertama) Untuk memperjelas gambaran proses
perkecambahan biji dapat dilihat pada gambar perkecambahan biji tembakau
(Nicotiana tabacum), Biji tanaman yang terbentuk dari hasil pembuahan
(bertemunya putik dengan serbuk sari dan berkembang menjadi zigot)
3. Perkecambahan
Biji
Perkecambahan benih merupakan proses
pertumbuhan dan perkembangan embrio. Hasil perkecambahan ini adalah munculnya
tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses pertumbuhan embrio saat perkecambahan
benih adalah plumula tumbuh dan berkembang menjadi pucuk dan radikula tumbuh
dan berkembang menjadi akar. Berdasarkan letak kotiledon pada saat
perkecambahan dikenal dua tipe perkecambahan yaitu hipogeal dan epigeal.
Proses produksi
tanaman dimulai dengan benih ditanam, kemudian tanaman dipelihara dan hasil
tanaman (akar, umbi, batang, pucuk, daun, bunga, dan buah) dipanen. Kegiatan
produksi pertanian memerlukan unit pembibitan tanaman. Pembibitan tanaman
adalah suatu proses penyediaan bahan tanaman yang berasal dari benih tanaman
(biji tanaman berkualitas baik dan siap untuk ditanam) atau bahan tanaman yang
berasal dari organ vegetatif tanaman untuk menghasilkan bibit (bahan tanaman
yang siap untuk ditanan di lapangan. Teknik tanaman yang akan
dikembangkan meliputi berbagai teknik dari setiap aspek pembibitan dan
produksi benih serta teknik untuk mengoptimalkan proses
pertumbuhan dan perkembangan organ tanaman sehingga diperoleh hasil panen yang
mempunyai kualitas yang baik dan kuantitas yang banyak.
a. Hipogeal
Pada perkecambahan ini terjadi
pertumbuhan memanjang dari epikotil yang menyebabkan plumula keluar menembus
kulit biji dan muncul diatas tanah kotiledon
tetap berada di dalam tanah, contohnya kecambah
jagung. Gambar 5 Perkecambahan hipogaeal
b. Epigeal
Pada perkecambahan ini hipokotil
tumbuh memanjang akibatnya kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah,
sehingga kotiledon berada diatas tanah, contoh pada kacang hijau. Perbanyakan
generatif melalui biji memiliki kelebihan yaitu bibit yang diperoleh dalam
jumlah banyak dengan pertumbuhan yang seragam. Namun kelemahan perbanyakan
dengan cara ini ialah dibutuhkan waktu relatif lebih lama hingga diperoleh
bibit yang siap tanam. Karena itulah cara ini jarang digunakan.
4. Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan
Biji dari
berbagai spesies tumbuhan akan berkecambah apabila, suhu menguntungkan,
persediaan oksigen memadai dan kelembaban media tumbuh cukup dan kontak secara
langsung dengan biji. Pada beberapa spesies walaupun kondisi di atas
terpenuhi etapi biji tidak dapat berkecambah. Hal tersebut disebabkan
oleh belum tuntasnya masa dormansi (istirahat) biji tersebut. Biji-biji
kelompok ini umumnya beasal dari daerah beriklim sub tropis. Periode
dormansi yang telah dilewati akan menyebabkan perkecambahan biji pada kondisi
suhu yang optimal, adanya persediaan oksigen dan air.
Perkecambahan
dapat terjadi walaupun tanah atau media semai tidak mengandung unsur hara
karena di dalam biji sudah mengandung cukup persediaan makanan agar lembaga
dapat tumbuh selama masa persemaian. Benih akan berkecambah,
setelah keluar kotiledon harus ditambahkan air dan beberapa unsur hara pada
media tanamnya. Suhu yang paling optimal untuk perkecambahan biji adalah
15-38oC. Oksigen bebas sangat diperlukan untuk respirasi yang akan menghasilkan
enerji yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Ketidak-tersediaan
oksigen akan memperlambat atau mencegah perkecambahan benih. Kelembaban
media tanam yang terlalu berlebihan akan menghambat proses perkecambahan.
Kondisi inipun akan mempertinggi kemungkinan benih terserang oleh organisme pengganggu
tanaman, terutama dari golongan bakteri dan fungi, dan akan mengakibatkan benih
mati atau tumbuh tidak normal. Benih harus mendapatkan jumlah air yang
tepat untuk berkecambah, kondisi kelebihan air akan menyebabkan oksigen keluar
dari dalam sel dan benih tidak dapat berkecambah.
Sebaliknya jika
kelembaban media kurang optimal benih tidak akan dapat menguraikan
cadangan makanan dalam biji (jaringan endosperma) sehingga epikotil dan
hipokotil tidak akan tumbuh dan berkembang. Dalam keadaan yang menguntungkan untuk
proses perkecambahan, benih mengabsorpsi air sehingga benih menjadi
menggembung dan kulit biji pecah. Dengan segera air memasuki sel-sel
jaringan lembaga dan endosperma. Kandungan air dalam sel benih akan naik
dari tingkat praperkecambahan sebesar 8-14% menjadi lebih dari 90%. Pada saat
protoplasma sel menyerap uap air, maka berbagai proses kehidupan akan
berlangsung. Hormon pertumbuhan dan perkembangan seperti asam indol
asetat akan mulai berfungsi. Hormon ini mengatur pertumbuhan dan
perkembanga hipokotil dan epikotil.
Sumber
makanan yang tersimpan dalam endosperma dan kotiledon akan segera
diproses melalui respirasi sehingga menghasilkan enerji kimia yang penting
untuk pembelahan sel, produksi protoplasma, dan proses-proses pertumbuhan lainnya.
Ketika terjadi proses pencernaan cadangan makanan pada biji, respirasi dan
asimilasi nutrisi ke dalam protoplasma, maka sel-sel pada ujung epikotil dan
hipokotil mulai membelah dan membentuk sel-sel baru. Sel-sel ini
mulai membesar pada saat menyerap air, kemudian protoplasma yang baru akan
terbentuk. Ujung hipokotil muncul melalui suatu celah pada kulit biji.
Ujung hipokotil tumbuh menjadi akar primer. Akar ini mempunyai panjang 2
cm atau lebih. Akar primer akan menyerap air dan unsur hara dari tanah,
sehingga dapat mensuplai epikotil tumbuh dengan baik dan akan menjadikan
calon batang pertama.
Akar primer
yang tumbuh akan mengasilkan akar-akar sekunder, kemudian tumbuh dan
berkembang agi menjadi akar tersier. Dari epikotil akan tumbuh batang
yang akan menghasilkan daun-daun serta berbagai cabang.
Tingkat perkecambahan biji sangat bervariasi, dalam kondisi lingkungan yang
paling baik, akar-akar primer akan tumbuh dalam 36-96 jam.
Perbedaan ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti ketebalan dan
struktur kulit biji dan masa dormansi biji. Kecambah akan
tumbuh dan berkembang menjadi tanaman dewasa. Dalam proses ini
pertumbuhan daun-daun serta berbagai cabang.
Tingkat
perkecambahan biji sangat bervariasi, dalam kondisi lingkungan yang paling
baik, akar-akar primer akan tumbuh dalam 36-96 jam. Perbedaan
ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti ketebalan dan struktur kulit
biji dan masa dormansi biji. Kecambah akan tumbuh dan
berkembang menjadi tanaman dewasa. Dalam proses ini pertumbuhan
akan melibatkan pembuatan sel-sel baru dari sel-sel yang sudah ada
sebelumnya.
Disamping itu
terdapat proses pembesaran sel yang baru terbentuk, sehingga sel akan membesar
dan menjadi jaringan tanaman. Persyaratan-persyaratan yang harus
dipenuhi untuk pertumbuhan normal adalah tersedianya enerji kimia yng berasal
dari proses respirasi. Tumbuhan yang sedang tumbuh harus memiliki protein dan
senyawa organik lain untuk membangun protoplasma. Tumbuhan
ini harus memiliki selulosa dan beberapa senyawa organik untuk membentuk
dinding sel. Sel yang baru terbentuk dengan cepat akan meningkat
ukurannya karena adanya asimilasi makanan ke dalam protoplasma. Fase
pertumbuhan yang berikutnya perkembangan sel, yaitu dengan ditandai
terbentuknya jaringan-jaringan baru seperti silem, floem,
jaringan penguat, jaringan
pembuat makanan, dan jaringan peyimpanan. Pada umumnya, sel dan
jaringan yang sudah matang tidak akan membelah diri lagi, akan tetapi proses
kehidupan yang terjadi hanya mempertahankan ciri spesifiknya serta fungsinya
sepanjang masa hidup tumbuhan. Pertumbuhan tumbuh-tumbuhan dikendalikan secara
umum oleh hormon yang disintesis oleh tumbuhan dan terdapat pada semua
jaringan. Hormon pertumbuhan IAA (Indol Acetic Acid) berfungsi dalam
pembesaran sel, gugurnya daun dan jatuhnya buah, pertumbuhan buah dari
bakal bunga menjadi bunga dan buah, interaksi timbal-balik tunas dan berbagai
pertumbuhan lainnya.
Salah satu
contoh IAA adalah giberelin. Selama masa pertumbuhan dan perkembangan,
tumbuhan memerlukan air, unsur hara, karbondioksida dan oksigen, serta
cahaya. Selama masa tersebut, organ-organ vegetatif seperti daun,
batang, dan cabang tumbuhan akan tumbuh dan berkembang sampai akhirnya
terbentuk organ generatif. Organ generatif tumbuhan yang minimal
adalah terdiri dari benang sari dan putik. Proses perkembangbiakan secara
generatif dimulai dari terjadinya pertemuan butir-butir serbuk sari dengan
putik. Di dalam putik, butiran serbuk sari
membentuk tabung,kemudian
menjadi bakal biji yang terletak dalam bakal buah. Kondisi ini menandai
adanya calon generasi tumbuhan berikutnya.
B. Melakukan
Pembiakan Tanaman Secara Generatif
1. Persyaratan
Pembibitan
a. Lokasi
1) Dekat sumber
air dan airnya tersedia sepanjang tahun, terutama untuk menghadapi musim
kemarau.
2) Dekat jalan
yang dapat dilewati kendaraan roda empat, untuk memudahkan kegiatan
pengangkutan keluar dan masuk kebun.
3) Terpusat
sehingga memudahkan dalam perawatan dan pengawasan.
4) Luasnya
disesuaikan dengan kebutuhan produksi bibit.
5) Lahan datar
dan drainase baik.
6) Teduh dan
terlindung dari ternak.
b. Kesuburan
tanah
Diperlukan untuk kebun koleksi pohon
induk dan kebun persemaian batang bawah, sehingga pertumbuhan dan produktivitas
tanaman dapat optimal. Menunjang kemudahan dalam memperoleh media semai dan
media tanam dalam polybag
c. Kondisi
iklim
Daerah yang ideal untuk lokasi kebun
pembibitan adalah daerah yang bersuhu udara sejuk, kelembaban udara yang
relatif tinggi, serta curah hujan yang cukup akan menunjang pertumbuhan awal
bibit tanaman.Kondisi sebaliknya justru diperlukan untuk kebun produksi buah
dengan hari kering (kemarau) harus tegas terpisah dari hari hujan. Karena
ini berpengaruh pada pembungaan dan pembuahan.
2. Sumber daya
produksi
Sumber daya manusia yang terampil,
rajin dan cinta tanaman. Unsur cinta tanaman (hobby) ini penting artinya karena
pada hakekatnya tanaman adalah makluk hidup yang penanganannya memerlukan
perhatian khusus. Sumber daya produksi lainnya yang diperlukan dalam pembibitan
tanaman antara lain pupuk kandang, polybag, paranet, pestisida dan lain-lain.
Kesulitan memperoleh bahan-bahan tersebut terutama berdampak terhadap
menurunnya mutu bibit yang dihasilkan, atau mahalnya biaya produksi.
3. Pengelolaan
pembibitan
a. Media Tumbuh
Syarat media tumbuh yang baik adalah
ringan,murah,mudah didapat, porus (gembur) dan subur (kaya unsur hara).
Penggunaan media tumbuh yang tepat akan menentukan pertumbuhan optimum bibit
yang ditangkarkan. Komposisi media tanam untuk mengisi polybag dapat
digunakan campuran tanah, pupuk kandang dan sekam padi dengan perbandingan
1:1:1.
4. Naungan
Bibit
Fungsi naungan pada bibit sewaktu
kecil:
a. Mengatur
sinar matahari yang masuk ke pembibitan hanya berkisar antara 30 - 60% saja.
b. Menciptakan
iklim mikro yang ideal bagi pertumbuhan awal bibit.
c. Menghindarkan
bibit dari sengatan matahari langsung yang dapat membakar daun-daun muda.
d. Menurunkan
suhu tanah di siang hari, memelihara kelembaban tanah, mengurangi derasnya
curahan air hujan dan menghemat penyiraman air.
5. Jenis
Naungan untuk Pembibitan
a. Naungan seng
plastik hijau meneruskan sinar sebesar 40-60% (40% untuk naungan plastik yang
sudah lama terpasang hingga 60% untuk yang baru dipasang).
b. Naungan
paranet dari bahan plastik atau nylon. Paranet tipe 55 dan 45 (55% dan 45%
sinar yang diteruskan).Umur pakainya bisa bertahan lama (3-4 tahun), sehingga sekali
pasang dapat dipakai untuk beberapa kali usaha pembibitan.
c. Naungan
sederhana dari anyaman bambu, daun kelapa dan sebgainya, yang disusun
sedemikian rupa, sehingga menghasilkan sinar masuk sekitar 50%.
6. Pembibitan
Cabai
Cabai (Capsicum Annum L) merupakan
salah satu komoditas hortikultura yang emiliki nilai ekonomi penting di
Indonesia, Karena buahnya selain dijadikan sayuran atau bumbu masak juga
mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani, sebagai bahan baku industri,
memiliki peluang eksport, membuka kesempatan kerja serta sebagai sumber vitamin
C.
a. Keperluan
Benih
Bersamaan dengan terbentuknya bedengan kasar,
dilakukan penyiapan benih dan pembibitan di pesemaian. Untuk lahan
(kebun) seluas 1 hektar diperlukan benih + 180 gr atau 18 bungkus
kemasan masing-masing berisi 10 gram.
b. Persemaian
Benih dapat disemai langsung satu
dalam bumbung (koker) yang terbuat dari daun pisang ataupun polybag kecil
ukuran 8 x 10 cm, tetapi dapat pula dikecambahkan terlebih dahulu. Sebelum
dikecambahkan, benih cabai sebaiknya direndam dulu dalam air dingin ataupun air
hangat 550 - 600 selama 15 - 30 menit untuk mempercepat
proses perkecambahan dan mencucihamakan benih tersebut. Bila benih cabai akan
disemai langsung dalam polybag, maka sebelumnya polybag harus diisi dengan
media campuran tanah halus, pupuk kandang matang halus, ditambah pupuk NPK
dihaluskan serta Furadan atau Curater. Sebagai pedoman untuk campuran adalah :
tanah halus 2 bagian (2 ember volume 10 liter) + 1 bagian pupuk kandang matang
halus (1 ember volume 10 liter) + 80 gr pupuk NPK dihaluskan (digerus) + 75 gr
Furadan. Bahan media semai tersebut dicampur merata, lalu dimasukkan ke dalam
polybag hingga 90% penuh. Benih cabai hibrida yang telah direndam, disemaikan
satu per satu sedalam 1,0 - 1,5 cm, lalu ditutup dengan tanah tipis. 3. semua
polybag yang telah diisi benih cabai disimpan di bedengan secara teratur dan
segera ditutup dengan karung goni basah selama + 3 hari agar cepat
berkecambah. Bila benih dikecambahkan terlebih dahulu, maka sehabis direndam
harus segera dimasukkan ke dalam lipatan kain basah (lembab) selama + 3
hari. Setelah benih keluar bakal akar sepanjang 2-3 mm, dapat segera disemaikan
ke dalam polybag. Cara ini untuk meyakinkan daya kecambah benih yang siap
disemai dalam polybag. Tata cara penyemaian benih ke dalam polybag prinsipnya
sama seperti cara di atas hanya perlu alat bantu pinset agar kecambah benih
cabai tidak rusak.
c.
Perlakuan
Setelah Proses Penyemaian
Penyimpanan polybag berisi semaian
cabai dapat ditata dalam rak-rak kayu atau bambu, namun dapat pula diatur rapi
di atas bedengan-bedengan selebar 110 - 120 cm. Setelah semaian cabai tersebut
diatur rapi, maka harus segera dilindungi dengan sungkup dari bilah bambu beratapkan
plastik bening (transparan) ataupun jaring net kassa. Selama bibit di
pesemaian, kegiatan rutin pemeliharaan adalah penyiraman 1-2 kali/hari atau
tergantung cuaca, dan penyemprotan pupuk daun pada dosis rendah 0,5 gr/liter
air saat tanaman muda berumur 10 - 15 hari, serta penyemprotan pestisida pada
konsentrasi setengah dari yang dianjurkan untuk mengendalikan serangan hama dan
penyakit.
C. Memelihara Benih Hasil Pembiakan Secara Generatif
1. Penyemprotan
Pestisida
Penyemprotan dengan insektisida
apabila terdapat hama. Biasanya hama yang menyerang tanaman di pembibitan
adalah kutu perisai, kutu putih dan ulat daun. Insektisida yang digunakan,
misalnya Supracide 25 WP, Decis 2,5 EC, Reagent 50 SC atau Decis 2.5 EC dengan
konsentrasi 2 cc/l air.
Penyemprotan dengan fungisida
apabila terdapat serangan penyakit. Biasanya penyakit yang menyerang tanaman di
pembibitan terutama yang disebabkan oleh Rhizoctonia sp, Phytophthora sp,
Fusarium sp dan Phytium sp. Bibit yang terserang supaya tidak menular segera
dipisahkan dari kelompok yang masih sehat, kemudian seluruh bibit disemprot
dengan Antracol 70 WP, Dithane M-45 80 WP dengan konsentrasi 2 cc/l atau
2 g/l air. Penyemprotan diulang seminggu sekali.
2. Pemupukan
Pemupukan dapat dilakukan dengan
menggunakan pupuk daun seperti Atonik, Metalik atau Gandasil D dengan
konsentrasi 2 cc/l air atau menggunakan pupuk NPK (15:15:15) dengan konsentrasi
1-2 g/l air. Pemberian pupuk ini dilakukan seminggu sekali. Selain itu
pemupukan dapat juga diberikan melalui tanah dengan dosis 1-2 gram per tanaman
yang dilakukan sebulan sekali.
3. Penyiraman
Penyiraman bibit pada musim kemarau
biasanya dilakukan setiap dua hari sekali, sedangkan pada musim hujan
disesuaikan. Penyiraman bibit ini dilakukan dengan menggunakan gembor air.
Pengairan sistem genangan atau bahasa Jawanya dilep apabila pembibitannya
dilakukan dalam polybag yang ditaruh di sawah, maka cara penyiramannya dengan
menutup saluran npembuangan air, kemudian air dimasukkan ke areal pembibitan
sampai media di polybag menjadi basah.Pemasukan air ini sebaiknya dilakukan
pada waktu sore/malam hari ketika suhu tanah tidak tinggi. Lama perendaman 1-2
jam dengan tinggi air cukup ¾ tinggi polybagnya.
4. Penyiangan
Penyiangan rumput pengganggu
(gulma), karena rumput selalu bersaing dengan bibit dalam pengambilan hara,
ruang tempat tumbuh, air dan sinar matahari. Untuk bibit yang dikirim
dalam bentuk stump (cabutan), pengirimannya tidak ada masalah karena beberapa
bibit bisa saja dibungkus dengan batang pisang atau bahan lain yang bersifat
lembab, sehingga akarnya tidak kering, semisal bibit jeruk dan jati.
Pengepakan bibit yang peka, seperti bibit durian, dapat dilakukan dengan cara
mengeluarkan setengah tanahnya, kemudian ditambahkan serbuk kelapa (cocopit).
Untuk menghilangkan stres, sebelum diangkut bibit diletakkan dahulu di bawah
naungan dan disiram untuk adaptasi.
No comments:
Post a Comment