PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN (P)
CENGKEH
Penyakit – Penyakit Penting Pada Tanaman Cengkeh
1. Bercak Daun Ganggang /Karat Merah
Disebabkan oleh ganggang hijau Cephaleuros
virescens, umumnya berkembang pada musim hujan dan tidak menimbulkan
kerugian yang besar. Gejalanya berupa bercak merah berdiameter 1-2 mm, bercak
berbentuk bulat atau membulat dan berwarna cokelat tua dengan tepi merah yang
jelas, bagian tengahnya terbentuk sporangiofor dan sporadium, koloni ganggang
masuk dalam jaringan daun.
2. Embun Jelaga
Penyebab penyakit ini adalah jamur Capnodium sp.
dan Limacinula samoensis. Jamur tersebut hidup pada kotoran serangga Coccus
viridis Green (kutu daun) yang menempel pada daun. Serangga dapat
disebarkan oleh semut dari daun satu ke daun yang lain. Gejala serangannya pada
permukaan daun tampak lapisan berwarna abu-abu kehitaman. Pada serangan berat,
lapisan hitam akan menutup permukaan daun, tangkai daun dan ranting. Akibat
serangan penyakit ini tanaman menjadi sulit berfotosintesis.
3. Penyakit Cacar Daun Cengkeh (CDC)
Penyakit ini terdapat hampir di semua sentra produksi
cengkeh di Indonesia. Penyakit CDC dikategorikan sebagai penyakit utama di
samping penyakit BPKC. Penyakit CDC dapat menyerang tanaman cengkeh mulai dari
pembibitan sampai tanaman produksi. Berikut ini beberapa jenis penyakit yang
sering menyerang tanaman cengkeh dewasa. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phyllostica
syzygii. Cara penularan penyakit CDC adalah melalui angin dan air hujan
atau melalui bibit. Gejala yang di timbulkan adalah pada permukaan atas daun
timbul bercak-bercak yang menggelembung seperti cacar. Gejala tersebut akan
lebih jelas terlihat pada daun yang masih muda. Pada bercak-bercak tersebut
kadang-kadang terdapat bintil-bintil hitam kecil. Selain pada daun, gejala
penyakit gugur akibat serangan CDC kadang-kadang terlihat juga pada buah.
Daun-daun yang terkena penyakit CDC secara bertahap akan gugur.
4. Penyakit Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC)
Penyakit BPKC merupakan salah satu penyakit yang
paling merusak tanaman cengkeh karena dapat menyebabkan kehilangan hasil
mencapai 10-15%. Penyebabnya adalah bakteri Pseudomonas syzigii.
Penularan penyakit BPKC dari pohon sakit ke pohon sehat melalui vektor berupa
serangga Hindola fulfa (di Sumatera) dan H. striata (di Jawa).
Pola penyebaran penyakit ini umumnya mengikuti arah angin. Penularan penyakit
ini dapat pula melalui alat-alat pertanian seperti golok, gergaji, sabit yang
digunakan untuk memotong pohon sakit.
5. Penyakit mati bujang ( bakteri Xylemlimited bacterium)
Bagian yang terserang adalah perakaran serta
ranting-ranting muda. Gejalanya berupa matinya ranting pada ujung-ujung
tanaman. Gugurnya daun diikuti dnegan matinya ranting secara bersamaan
(Muttaqin, 2010).
Bioekologi, Strategi dan Rekomedasi Pengendalian Penyakit
Secara umum cara pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan menjaga
lingkungan tumbuh tanaman yang optimal. Selain itu, strategi pengendalian pada
perkebunan cengkeh ini tidak memerlukan strategi yang terlalu berlebihan, hal
ini dikarenakan penyakit yang terdapat ditanaman cengkeh ini belum menyebabkan
terjadinya penurunan jumlah produksi. Stategi yang dapat dilakukan yaitu hanya
dengan merawat tanaman untuk mencegah adanya vektor pembawa penyakit dan supaya
penyakit yang sudah ada ditanaman tidak bisa berkembang secara luas.
Tanaman muda merupakan tanaman yang sangat rentan terhadap hama dan
penyakit, oleh karena itu dari umur tanaman masih muda, tanaman harus dirawat
dan dijaga sebaik mungkin. Daun yang terkena penyakit warnanya akan berubah
sedikit demi sedikit menjadi coklat dengan pinggiran berwarna merah.
Pengendalian teknis yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi penyakit karat merah ini yaitu dengan memangkas tanaman pelindung
dan bagian tanaman yang sudah mati, membersihkan kebun dari gulma, daun, dan
ranting yang dapat menjadi sumber inokulum, serta membakarnya (eradikasi).
Sedangkan untuk penanganan secara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan
fungisida.
Perkebunan tanaman cengkeh yang terletak di daerah Kampung Pasiripis, Bogor
merupakan perkebunan yang bebas terhadap penggunaan bahan kimia. Sehingga
pengendalian yang dilakukan di lapangan hanya berupa pemeliharaan teknis,
sanitasi, pengaturan jarak tanam, dan pemangkasan. Sehingga menurut Pak Asep
selama ini tidak pernah terjadi peledakan hama maupun kejadian penyakit yang
menimbulkan kerugian yang sangat besar.
Adapun rekomendasi pengelolaan penyakit tanaman cengkeh secara khusus untuk
beberapa penyakit lain yang penting, yaitu:
1. Penyakit Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC)
Apabila gejala serangan penyakit BPKC ditandai dengan gugurnya daun di
bagian pucuk pohon, maka pangkal batang atau akar segera diinfus dengan
antibiotika oksitetrasiklin (OTC) sebanyak 6 gr/100 ml air. Jarum infus yang
digunakan berdiameter 1 mm. Penginfusan dilakukan setiap 3-4 bulan sekali.
Pengendalian dapat dipadukan dengan melakukan penyemprotan insektisida dengan
sasaran serangga vector penular penyakit BPKC menggunakan insektisida Matador
25 EC, Akodan 35 EC, Curacron 500 EC dan Dads 2,5 EC dengan interval 6 minggu
sekali sampai serangga vektor tidak ada lagi. Pohon-pohon yang terserang berat
sebaiknya ditebang dan dibakar.
2. Penyakit Cacar Daun Cengkeh (CDC)
Pengendalian penyakit CDC dilakukan secara kimiawi melalui penyemprotan
fungisida dengan interval 7-10 hari sekali, sedangkan untuk pencegahan dapat
dilakukan 10-14 hen sekali. Beberapa jenis fungisida yang dapat digunakan
antara lain Delsen MX- 200 0,2%, Maneb Brestan 0,3%, Difolatan 0,2% dll. Di
samping penyemprotan fungisida, sanitasi kebun perlu mendapat perhatian. Daun,
ranting, dan biji dari tanaman sakit yang jatuh ke tanah sebaiknya dikumpulkan
dan dibakar. Pohon-pohon yang terserang berat sebaiknya ditebang dan dibakar.
3. Embun Jelaga
Lapisan hitam pada permukaan daun dapat dihilangkan dengan penyemprotan
larutan kapur sirih 1-2%. Untuk mengendalikan kutu daun dapat dilakukan dengan
penyemprotan insektisida (Muttaqin, 2010).
DURIAN
Penyakit pada Durian
Penyakit merupakan suatu proses fisiologis pada tumbuhan yang bersifat
abnormal dan merugikan yang disebabkan faktor biotik. Umumnya gangguan penyakit
terjadi secara berkelanjutan. Serangan penyakit ditunjukkan dengan aktivitas
sel atau jaringan yang abnormal sehingga menyebabkan penurunan produksi dan
kualitas durian yang dihasilkan.
Penyakit yang menyerang tanaman durian disebabkan oleh cendawan.
Perlindungan tanaman terhadap penyakit dapat dilakukan dengan memilih varietas
tanaman yang resiten terhadap penyakit, menanam tanaman yang disukai oleh
penyakit untuk mengalihkan serangan, menggunakan pestisida dan membuat kondisi
lingkungan yang tidak disukai oleh patogen penyakit. Beberapa penyakit yang
menyerang tanaman durian adalah :
Kanker Batang dan Mati Pucuk. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Phytophthora palmivora dan
merupakan penyakit utama yang paling ditakuti oleh petani durian karena dapat
menyebabkan kematian tanaman hingga 50%. Tanaman yang terinfeksi ditandai
dengan adanya luka di kulit batang bagian bawah dekat tanah. Luka tersebut
mengeluarkan lendir berwarna merah, batang tanaman membusuk, kayunya terbuka
dan warna merah kecoklatan dengan bintik merah atau ungu apabila serangan sudah
parah. Setelah batang tanaman busuk, pucuk-pucuk tanaman akan mengering, daun
layu, kemudian rontok dan akhirnya tanaman mati. Cendawan ini biasanya
menyerang tanaman yang digunakan untuk batang bawah.
Busuk Akar. Penyakit
ini disebabkan oleh cendawan Pythium vexans dan Fusarium sp.
menyerang tanaman yang masih berupa bibit maupun tanaman dewasa. Serangan
ditandai dengan bercak nekrotik yang dimulai pada ujung akar lateral, jika akar
dibelah di bagian korteks akan tampak warna coklat dan dibagian yang berkayu
akan tampak warna merah muda dengan bercak coklat .
Bercak Daun. Penyakit
ini disebabkan oleh cendawan Colletotrichum durionis. Gejala penyakit
ini ditandai dengan timbulnya bercak-bercak besar kering pada daun tanaman yang
akhirnya menjadi lubang. Serangan ini dapat menyebabkan terganggunya
fotosintesis tanaman.
Jamur Upas.
Penyakit ini sering disebut dengan penyakit pink disease. Gejala yang
ditimbulkan oleh serangan penyakit jamur upas dalah berupa keluarnya cairan
berwarna kuning dari bagian batang yang terserang. Cairan ini diselimuti dengan
benang-benang jamur dengan warna mengkilap berbentuk seperti sarang laba-laba.
Benang-benang tersebut akan berubah warna menjadi merah muda atau pink apabila
pada kelembaban tinggi. Serangan cendawan ini dapat menyebabkan kematian
cabang.
Jamur Akar Putih. Penyakit ini disebabkan oleh serangan cendawan Rigodoporus lignosus dan
Basidiomycetes dari genus Polyporaceae. Akibat dari serangan cendawan
ini daun menjadi kuning, kemudian coklat, mengkerut dan akhitnya gugur. Busuk
Buah. Penyakit busuk buah disebabkan oleh cendawan Phytophthora
palmivora. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya
bercak-bercak kebasahan berwarna coklat kehitaman di kulit buah. Setelah
beberapa lama buah akan kebasahan dan bagian yang diserang membentuk miselium
dan spongaria berwarna putih.
Untuk menghasilkan produk durian yang optimal, sejak awal penanaman perlu
dilakukan upaya perlindungan terhadap tanaman. Upaya ini dilakukan dengan
pengendalian OPT ( Organisme Pengganggu Tanaman), seperti hama, patogen, dan
gulma. Efektivitas pada pengendalian OPT bisa dilakukan pendekatan memadukan
satu atau lebih teknik pengendalian yang dikembangkan dalam satu kesatuan.
Bioekologi, Strategi, dan Rekomendasi Pengendalian
Pengendalian penyakit bercak daun Colletotrichum durionis dilakukan
dengan memotong bagian tanaman yang terserang atau dapat menyemprotkan
fungisida yang berbahan aktif tembaga seperti Dhitane M-45 sesuai dengan dosis
yang tertera di kemasan. Cendawan ini berkembang dengan baik pada daerah
pertanaman dengan kelengasan yang relatif tinggi.
Pengendalian penyakit kanker batang Phytophthora palmivora dilakukan
dengan menjaga sanitasi kebun, memperlebar jarak tanaman, menekan gulma,
memangkas tanaman juga dengan menyemprotkan fungisida pada tanaman atau dengan
mengoleskannya pada batang yang sudah luka dan kemudian menutupnya dengan
parafin. Cendawan ini sangat menyukai lingkungan biotik dengan kelengasan yang
tinggi terutama di sekitar batang bawah dan piringan yang dipenuhi oleh gulma.
Sedangkan pengendalian penyakit Phytophthora palmivora yang
mengakibatkan busuk buah dilakukan dengan menyemprotkan fungisida dibarengi
dengan insektisida untuk membunuh serangga dan siput yang menjadi vektor
cendawan. Buah yang telah terinfeksi segera dibuang dan dimusnahkan.
JAMBU BIJI
Penyakit-Penyakit Tanaman Jambu Biji
No
|
Penyakit
|
Patogen
|
Bagian yang Diinfeksi
|
Tingkat Kerusakan
|
1.
|
Busuk
|
Phytophthora capsici
|
Buah
|
Sedang
|
2.
|
Antraknosa
|
Colletotrichum gloeosporioides
|
Buah
|
Sedang
|
3.
|
Bercak
|
Pestalotiopsis psidii
|
Daun
|
Sedang
|
4.
|
Bercak
|
Calonectria spp.
|
Daun
|
Ringan
|
5.
|
Bercak
|
Cercospora psidii
|
Daun
|
Ringan
|
5.
|
Embun jelaga
|
Capnodium
mangiferae
|
Daun
|
Ringan
|
6.
|
Kerak putih
|
Cortisium
salmonicolor
|
Batang
|
Sedang
|
Penyakit Tanaman Jambu Biji yang Teramati di Lapangan
Penyakit pertanaman jambu biji yang ditemui di lapangan terdiri dari lima
penyakit. Empat penyakit disebabkan oleh cendawan dan satu penyakit disebabkan
oleh alga. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh cendawan adalah bercak/hawar
daun yang disebabkan oleh Pestalotiopsis psidii, embun jelaga oleh Capnodium
mangiferae (Jaiganesh 2013), jamur upas oleh cendawan Corticium
salmonicolor (Naqvi 2004), dan busuk buah oleh Colletotrichum
gloeosporioides (Trubus Info Kit 2011). Penyakit yang disebabkan oleh alga
adalah Cephaleuros vieccons.
Tabel 2. Hasil pengamatan penyakit jambu biji
|
No
|
Penyakit
|
Patogen
|
|
1
|
Karat merah
|
Cephaleuros vieccons
|
|
2.
|
Bercak daun
|
Pestalotiopsis psidii
|
|
3.
|
Busuk buah
|
Colletotrichum gloeosporioides
|
|
4.
|
Embun jelaga
|
Capnodium mangiferae
|
|
5.
|
Jamur upas
|
Corticium salmonicolor
|
Rekomendasi pengendalian penyakit tanaman jambu biji
No
|
Penyakit
|
Mekanis
|
Kultur Teknis
|
1.
|
Karat Merah
|
Menyikat bagian terinfeksi dengan Bubur California (BKP Pangkal Pinang
2005)
|
Perbaikan drainase, penyiraman, dan pemupukan berimbang
|
2.
|
Bercak daun
|
Eradikasi bagian tanaman terinfeksi
|
Pemangkasan tajuk tanaman
|
3.
|
Antraknosa
|
Eradikasi bagian tanaman
terinfeksi
|
Pembersihan gulma, penggunaan mulsa, sanitasi lahan
|
4.
|
Embun jelaga
|
Penyemprotan daun campuran belerang dan abu gosok
|
Pemangkasan tajuk tanaman.
|
5.
|
Jamur upas
|
Eradikasi tanaman terinfeksi, perbaikan sirkulasi udara
|
Pengaturan jarak tanam, pemupukan berimbang, dan pengamatan secara
teratur
|
Bioekologi, Strategi, dan Rekomendasi Pengelolaan Penyakit
Ada beberapa cara pengendalian yang dapat meminimalisir perkembangan dari
patogen yang dapat menyerang tanaman jambu biji, diantaranya : menanam dengan
jarak tanam agak lebar (7x7m), memangkas pohon yang sangat rimbun, memberikan
pupuk kimia yang lebih variatif kandungannya (SP-36, NPK, dll.), pencangkokan
tidak terlalu banyak dalam 1 pohon (5-7 sambungan), sanitasi lahan, aerasi
lahan yang baik, dan penggunaan pestisida sesuai rekomendasi.
Pada jarak tanam yang relatif renggang, perebutan hara antar spesies
tanaman jambu biji menjadi lebih diminimalisir, hal ini akan memacu
perkembangan tanaman jambu biji menjadi lebih baik dan relatif tahan terhadap
serangan patogen. Selain itu jarak tanam yang relatif renggang akan membuat
suasana iklim mikro di area pertanaman menjadi relatif kurang disukai oleh
patogen dikarenakan kelembabannya menjadi rendah. Penggunaan pestisida adalah
cara pengendalian penyakit alternatif yang terakhir untuk mengendalikan
penyakit jambu biji, namun keberadaannya sangat diminati dan diharapkan oleh
para praktisi lapangan/petani jambu biji dikarenakan cara pengaplikasiannya
dilapangan relatif lebih mudah dibandingkan cara pengendalian yang lain dan
diyakini sebagai cara pengendalian yang paling efektif untuk mengendalikan
patogen yang dapat menyerang jambu biji.
Contoh pestisida yang dapat digunakan di dalam budidaya tanaman jambu biji
adalah fungisida berbahan aktif benomyl yang diyakini efektif untuk
mengendalikan penyakit antraknosa pada jambu biji. fungisida berbahan aktif cufrum
atau zinc efektif untuk mengendalikan gejala penyakit kudis pada jambu
biji, nematisida berbahan aktif phenamifos dan carbofuram efektif
untuk mengendalikan nematoda yang menyebabkan penyakit bengkak akar pada
tanaman jambu biji.
Selain mengetahui berbagai cara pengendalian yang dapat digunakan untuk
mengendalikan penyakit pada tanaman jambu biji, para praktisi di perkebunan
jambu dituntut harus mengetahui berbagai bioekologi penyakit yang menyerang
tanaman jambu ini, seperti gejala karat yang menyerang daun jambu biji. Karat
tersebut merupakan kumpulan masa uredospora pada daun yang tertekan keluar
sehingga menimbulkan tonjolan pada daun, Hal ini harus diperhatikan oleh
praktisi perkebunan ketika mengendalikan penyakit karat agar dimungkinkan dalam
pengendaliannya tidak menyebabkan spora tidak tersebar kemana-mana. Hal serupa
pun perlu dilakukan untuk menangani penyakit bercak daun jambu (Ching 2008).
Patogen penyebab penyakit embun jelaga merupakan parasit obligat yang hanya
menumpang pada daun jambu biji, hal tersebut terjadi karena pada daun jambu
biji tersebut diawali dengan adanya cairan embun madu yang merupakan sekret
dari jenis serangga tertentu yang berasosiasi dengan tanaman jambu biji,
sehingga dalam pengendaliannya diperlukan cara yang tepat untuk mengendalikan
serangga tersebut agar keberadaannya tidak menyebabkan kerugian yang ganda
seperti tumbuhnya cendawan penyebab embun jelaga pada daun jambu biji sehingga
fotosintesisnya menjadi terganggu dan akan menurunkan hasil produksi jambu biji
tersebut (Semangun 1989).
JERUK
Penyakit pada Jeruk
Penyakit Kudis
Penyakit kudis disebabkan oleh cendawan Elsinoe fawcetti. Penyakit
ini terdapat menyebar di berbagai pertanaman varietas jeruk di Indonesia.
Gejala kudis dapat terjadi pada daun, ranting dan buah. Gejala awal ditandai
dengan munculnya bintik-bintik coklat pada buah, kuning pada daun, ranting,
buah lalu berkembang menjadi kutil, dengan diameter 2-3mm. Kutil-kutil ini
bergabus dan kelak akan kering menjadi kerak yang mengeras. Kalau kondisi
lingkungan mendukung (kebun cukup lembab) penyakit ini akan berkembang pesat.
Kudis akan menjadi besar karena sejumlah kutil akan bergabung menjadi satu.
Akibatnya buah dapat berubah bentuk, berkerut dan akhirnya mati, berguguran,
walaupun masih muda. Serangan yang tidak parah mengakibatkan perkembangan buah
tidak normal. Buah - buah yang terserang terhambat pertumbuhannya dan sering
mengalami malformasi.Pada daun, gejala kudis terdapat pada bagian bawah
permukaan daun dan kadang-kadang dapat dijumpai pada bagian atasnya. Gejala
terlihat dengan adanya bercak kecil jernih pada daun dan helaian daun, kemudian
berkembang menjadi semacam gabus berwarna kuning/coklat. Infeksi hanya terbatas
pada salah satu permukaan daun saja. Daun yang terserang menjadi berkerut dan
gugur.
Penyebab Penyakit
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Elsinoe fawcetti. Cendawan ini
memiliki tubuh yang ringan sehingga penyebarannya dapat terjadi melalui air,
angin atau percikan embun ke tanaman lain yang masih sehat. Cendawan berukuran
sangat kecil, ringan, kira-kira mencapai 38 sampai dengan 106 x 36-80 mikron.
Kalau dilihat dengan alat mikroskop, bintil-bintil cendawan ini sebenarnya
kumpulan dari stroma (tubuh) yang didalamnya terdapat spora dan konidia bening,
yang mempunyai peran dalam penyebaran penyakit. Gambar 1. Mikroskopis Elsinoe
sp.
Sumber : (plantmanagementnetwork.org)
Bioekologi
Pada pembibitan batang-bawah, penyakit ini merupakan masalah utama pada
musim hujan. Pembibitan dengan pengairan yang terlalu sering dengan kelembaban
tinggi dan suhu antara 200-250 C menyebabkan penyakit dapat berkembang dengan cepat. Pembentukan tunas dan
buah baru merupakan fase kritis tanaman peka terhadap serangan patogen.
Siklus Hidup
Aservulus cendawan ini dapat terpisah - pisah atau bersatu, dan agak bulat.
Konidiofor berbentuk tabung, dengan ujung meruncing, warna hialin, kemudian
menjadi agak keruh dan bersekat 1 berwarna gelap.Patogen dapat bertahan pada
daun, dan ranting tanaman yang terinfeksi. Spora cendawan dapat disebarkan oleh
percikan air hujan, tetesan embun, angin, dan serangga. Daun dan buah yang
masih muda sangat mudah terinfeksi patogen ini.
Kondisi yang mendukung penyebaran penyakit
Penyebab utama terjangkitnya penyakit ini adalah keadaan kebun yang kurang
higienis, pertumbuhan gulma yang subur, mahkota daun saling bersinggungan
sehingga keadaan di bawah tanaman lembab, suhu antara 230 sampai dengan 300 C (penyakit berkembang dengan cepat) dan pada suhu
>350 C perkembangannya akan lambat, keadaan cuaca, tingkat
ketahanan varietas, terbentuknya buah dan tunas baru sangat berpengaruh
terhadap perkembangan penyakit. Pada umumnya penyakit tidak berkembang pada
musim kemarau, tetapi pada musim hujan saat kondisi suhu udara antara 150 sampai dengan 230 C dan tanaman sedang membentuk tunas dan buah baru,
merupakan kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan patogen dan merupakan
titik kritis terutama bila tanamannya rentan.
Pengendalian
Pengendalian Kultur teknis
Penanaman varietas tahan. Mengusahakan agar buah dan tunas tanaman pada
awal musim hujan sudah besar dimana pada kondisi demikian tanaman menjadi lebih
tahan. Mengatur saat pembuahan dapat dilakukan dengan menentukan pengairan
tanaman yang tepat pada jenis jeruk tertentu. Untuk jeruk keprok, diusahakan
terjadi pembungaan lebih awal dengan pemberian air pada tanaman (+ 8 bulan
sebelum musim hujan), sehingga pada awal musim hujan buah sudah agak besar dan
mempunyai ketahanan yang lebih tinggi terhadap penyakit.
Pengendalian Mekanis/Fisik
Daun-daun, ranting dan buah yang terserang dibakar atau dimusnahkan. Serangan
pada persemaian batang bawah dapat dicegah dengan penghembusan atau pemberian
asap. Tiga bulan menjelang musim penghujan, tanaman jeruk diberi air dalam
jumlah yang cukup untuk menambah daya tahan terhadap serangan penyakit ini.
Pengendalian Kimiawi
Perkembangan penyakit dapat dihambat dengan cara menyemprotkan fungisida,
antara lain: Benlate 45 dan Bavistin 50 WP.
Embun jelaga (Capnodium
sp.)
Embun Jelaga merupakan salah satu penyakit penting di perkebunan jeruk.
Embun jelaga (Capnodium sp) tidak hanya menyerang daun jeruk tetapi juga
dapat menyerang daun tanaman lain seperti: daun melati, daun mangga, daun
belimbing, daun mengkudu, dan daun jambu biji (Tosasan 2008).
Gejala penyakit
Daun tanaman diliputi oleh cendawan embun jelaga (Capnodium sp.).
Cendawan bukan merupakan parasit (tidak mengambil makanan dari tanaman inang),
tetapi cukup mengganggu tanaman inang dalam hal fotosintesa. Cendawan cuma
memanfaatkan embun madu yang dihasilkan oleh kutu daun (Anonim 2010). Apabila
patogen tersebut membentuk lapisan merata adalah Capnodium sp., sedang yang
membentuk kelompok-kelompok hitam berbulu adalah Meliola sp. (Tosasan 2008).
Kondisi yang mendukung penyebaran penyakit
Penyakit embun jelaga secara umum menyerang bagian daun yang telah dewasa.
Daun yang terserang terlihat hitam karena terdapat selaput hitam yang melapisi
permukaan daun. Selaput hitam tipis pada permukaan daun tersebut terbentuk dari
hifa yang menjalin dan menenun menjadi seperti kumpulan jamur berwarna hitam
(Tosasan 2008). Pada musim kering kumpulan jamur mudah terkelupas dan
diterbangkan oleh angin kepada tanaman yang sehat (Syafril, 2006).
Siklus penyakit
Miselium cendawan ini hanya terdapat di permukaan daun dan tidak masuk ke
dalam jaringan. Untuk pertumbuhannya cendawan hanya memakan embun madu yang
melekat pada daun. Selaput hitam tipis pada permukaan daun tersebut terbentuk
dari hifa yang menjalin dan menenun. Apabila udara kering selaput dapat lepas
dari daun dan pecah menjadi bagian-bagian kecil yang terhembus angin dan
beterbangan kemana-mana. Cendawan ini berkembang biak pada musim kemarau,
sedang pada musim hujan berkurang, karena embun madunya tidak banyak. Tanaman
di bawah naungan intensitas serangannya cenderung lebih besar (Tosasan, 2008).
Gambar 2. Mikroskopis Capnodium sp.
Sumber (bioplagas.es)
Pengendalian
Pengendalian Kultur teknis
Mengurangi kelembaban kebun dengan mengatur jarak tanam dengan cara
memangkas tanaman atau tunas yang tidak produktif.
Pengendalian Mekanis
Memangkas daun yang terserang dan memusnahkannya. Mengurangi populasi kutu
daun penghasil sekresi sebagai media pertumbuhan cendawan (Tosasan 2008).
Menggosok embun jelaga dengan tangan, menyiramkan air ke daun yang terserang,
tetapi dengan datangnya hujan, cendawan embun jelaga akan mengelupas dengan
sendirinya.
Pengendalian Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menyemprot kutu daun
dengan insektisida.
Busuk Buah
Gejala Penyakit
Mula-mula pada buah terjadi bercak kebasah-basahan, lalu warnanya berubah
menjadi coklat, coklat tua dan hitam. Setelah 5 hari pada bercak ini tampak
jamur putih yang terdiri dari miselium dan sporangium. Penyakit busuk buah ini
juga dapat terjadi pada buah yang letakknya tinggi. Hal ini diduga jamur dibawa
oleh serangga.
Morfologi dan Daur Penyakit
Cara pemencaran jamur penyebab penyakit belum diketahui dengan pasti, Phytophthorasp.
pada jeruk diduga dapat tersebar dalam kebun bersama-sama dengan butiran
tanah, oleh bahan organik yang terangkut oleh air atau oleh serangga sehingga
dapat mencapai buah-buah di pohon yang tinggi letaknya.
Penyebaran penyakit juga dibantu oleh angin ke daun,
cabang dan buah. Penyakit akan semakin parah apabila curah hujan dan kelembaban
kebun tinggi. Jika curah hujan rendah, aktivitas miselium dan meluasnya kanker
batang berlangsung jauh lebih lambat. Pada cuaca kering pohon yang terserang
dapat bertahan lama, dengan gejala kanker yang kulit luarnya mengelupas.
Pengendalian
Cara kultur teknis
Perbaikan drainase tanah agar tidak terlalu basah (lembab). Memangkas
daun-daun yang tidak produktif untuk mengurangi kelembaban kebun.
Cara mekanis
Memotong (memangkas) bagian tanaman yang terserang berat. Menghindari luka
mekanis pada bagian akar dan pangkal batang sewaktu pemeliharaan tanaman.
Eradikasi tanaman terserang.
Cara biologi
Pemanfaatan jamur antagonis seperti Trichoderma harzianum sebagai
jamur antagonis dapat diaplikasi pada permukaan tanah untuk jamur tular tanah.
Cara kimiawi
Mengerok atau mengupas bagian tanaman yang sakit, kemudian bekas luka
diolesi dengan fungisida.
Penyebab busuk buah
Patogen
Penicillium spp.
Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae. Bagian yang
diserang adalah buah. Gejala: terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau
kebiruan pada permukaan kulit. Pengendalian: hindari kerusakan mekanis,
celupkan buah ke dalam air panas/fungisida benpmyl, pelilinan buah dan
pemangkasan bagian bawah pohon.
Gambar 3. Mikroskopis Phytophtora sp.
Sumber (scielo.org.ve)
KAKAO
Penyakit pada Tanaman Kakao
Penyakit penting atau primer pada kakao diantaranya yaitu vascular streak
dieback (VSD), busuk buah, kanker batang, dan antraknose yang menimbulkan
kerugian sangat besar bagi para petani mendekati 60-80%. Sedangkan penyakit
sampingan ataupun sekunder pada kakao diantaranya adalah jamur akar, jamur upas
yang menyebabkan gangguan pada penyaluran nutrisi dalam jaringan tubuh kakao
sehingga buah tidak bias berkembang maksimal.
Busuk buah Kakao
Busuk buah (pod rot) lebih banyak meyerang buah yang sudah dewasa
walaupun tidak menutup kemungkinan menyerang buah yang masih muda. Gejala yang
ditimbulkan berupa pembusukan disertai bercak cokelat yang cukup cepat,
sehingga dalam waktu beberapa hari seluruh permukaan buah menjadi busuk, basah
dan berwarna cokelat kehitaman. Pada kondisi lembab akan muncul serbuk berwarna
putih. Penyakit busuk buah ini disebabkan oleh cendawan Phytophthora
palmivora.
Cendawan P.palmivora menyebar melalui percikan air hujan, kontak
anatara buah sehat dan sakit, serta melalu perantara binatang. Buku Panduan
Lengkap Budidaya Kakao menyebutkan bahwa Hislop mengatakan bahwa perkecambahan P.palmivora
membutuhkan air untuk meningkatkan kelembapan sehingga terbentuk
sporangiofor.
Kanker Batang
Penyakit ini dapat dilihat pada kulit batang yang menybabkan jaringan kayu
rusak, batang menjadi busuk dan berlendir. Apabila dilihat dari luar, gejala
bercak berukuran kecil, tetapi apabila dikupas kerusakan jaringan kayu meluas
sampak ke dalam batang. Kerusakan pada cabang menyebabkan busuk dan
seluruh cabang bisa mati. Apabila serangan terjadi
pada batang lama kelamaaan tanaman akan mati secara keseluruhan. Kerusakan
menjadi semakin parah jika lingkungan lembab dan basah.
Penyakit kanker batang menyebabkan kulit batang berwarna gelap atau
kehitaman dan agak berlekuk. Pada bercak hitam sering ditemukan cairan
kemerahan yang lama kelamaan menjadi seperti lapisan karat. Apabila kulit
batang yang terserang dikupas akan terlihat lapisan di bawahnya membusuk dan
berwarna merah anggur. Kanker batang disebabkan oleh cendawan P. palmivora (Butl.)
Butl. Dilihat dari patogennya, penyakit kanker batang masih berkaitan dengan
penyakit busuk buah dimana ketika buah kakao yang busuk jika tidak dipetik akan
berkembang ke tangkai buah. Dari tangkai buah patogen menjalar dan menginfeksi
batang dan akhirnya terjadi kanker batang. Penyakit mudah berkembang pada kebun
yang lembab dengan curah hujan yang tinggi.
Vascular-streak Dieback (VSD)
Banyak penyakit-penyakit kakao yang terbilang sangat besar pengaruhnya
dalam dunia pertanian yang salah satunya adalah penyakit Vascular Streak
Diaback (VSD) yang disebabkan oleh jamur Oncobasidium theobromae Talbot
et Keane. Penyakit ini telah dikenal di Malaysia Barat sejak tahun 1956.
Seterusnya pada tahun 1960 penyakit ditemukan di Papua Nugini, dan pada tahun
1970 di sabah (www.ditjenbud.deptan.go.id).
Sumber lain mengatakan bahwa penyakit VSD hanya tersebar di daerah
Asia-Oseania, pertama ditemukan pada akhir tahun 1930-an di Papua New Guinea.
Kemudian penyakit ini menyebar ke negara Asia lainya dan sekarang terdapat di
India Selatan, Pulau Hainan-Cina, Burma, Thailand, Malaysia, Filipina,
Indonesia, dan sejumlah pulau di Oseania (Wood dan Lass 1985; Keane and Prior
1991).
Di Sulawesi, penyakit VSD pertama kali ditemukan di Kolaka pada tahun 1989
(Susilo, komunikasi pribadi), kemudian pada tahun 2002 ditemukan di
Polmas-Pinrang dan sekarang tahun 2005 telah menyebar ke Luwu Utara, Luwu,
Sidrap, Wajo, Soppeng, Bone, Maros, dan Pangkep dengan total areal terserang
sekitar 34.000 ha (Data Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan)
Kehilangan hasil akibat serangan VSD untuk Asia-Oseania pada tahun 2001
ditaksir mencapai 30.000 ton biji kering yang setara dengan US $20.000.000
(Bowers et al., 2001). Di Sulawesi kehilangan hasil oleh VSD belum
banyak dianalisis, namun dari pengamatan di lapangan banyak tanaman menjadi
gundul dan berakibat pada sedikitnya buah yang diproduksi. Penyakit ini
nampaknya lebih berbahaya bila dibandingkan dengan serangan penggerek buah
kakao, karena serangan VSD akan memperlemah tanaman yang berakibat tidak hanya
pada penurunan produksi tanaman, tetapi juga secara perlahan dapat membunuh
tanaman secara keseluruhan.
Gejala daun menguning dengan bercak-bercak berwarna hijau, biasanya
terletak pada daun kedua atau ketiga dari titik tumbuh. Daun-daun yang
menguning akhirnya gugur sehingga tampak gejala ranting ompong. Pada bekas
duduk daun apabila disayat terlihat tiga buah noktah berwarna cokelat
kehitaman. Bila ranting dibelah membujur terlihat garis-garis cokelat pada
jaringan xilem. Lentisel di ranting membesar dan relatif kasar. Kadang-kadang
daun menunjukkan gejala nekrosis diantara tulang daun.Penyakit ini disebabkan
oleh Oncobasidium theobromae.
Jamur Upas
Jamur upas (pink disease) yang disebabkan oleh Upasia
salmonicolor memiliki beberapa tingkatan dalam menunjukkan gejala penyakit
tanamannya, pada tingkat sarang laba-laba, tanaman yang diserang patogen ini
tampak mengkilap seperti perak, sangat mirip dengan sarang laba-laba dan kulit
dibawahnya berwarna hitam. Pada tingkat bongkol, patogen mulai membentuk
kumpulan-kumpulan hifa yang sering terbentuk di depan lentisel. Pada tingkat
corticum, patogen membentuk kerak yang berwarna pink dimana kulit cabang di
bawah kerak tersebut sudah membusuk. Dan yang terakhir adalah tingkat nekator,
ujung percabangan yang sakit, daun menjadi layu secara mendadak sehingga banyak
yang tetap melekat pada cabang meskipun sudah kering, hal ini dikarenakan
patogen berkembang terus dan membentuk piknidia yang berwarna
merah tua dan biasanya terdapat pada sisi yang lebih
kering. Kerusakan yang parah akan mematikan ranting bahkan seluruh tanaman.
Penyebaran Upasia salmonicolor dipencarkan oleh basidiospora yang
terbawa oleh angin. Basidiospora tidak mdapat terangkat jauh karena memiliki
dinding yang tipis dan hanya terbentuk jika kondisinya lembab.
Penyakit Antraknosa
Penyakit ini disebabkan oleh patogen Colletotrichum gloeosporioides yang
teleomorfnya disebut Glomerella cingulata. Gejala serangan ringan pada
daun muda terlihat bintik-bintik nekrosis berwarna cokelat. Setelah daun
berkembang, bintik nekrosis menjadi bercak berlubang dengan halo berwarna
kuning. Pada daun yang lebih tua bintik nekrosis berkembang menjadi bercak nekrosis
yang beraturan. Daun-daun muda yang serangan penyakitnya cukup berat, mudah
mengalami kerontokan dan menyebabkan ranting menjadi gundul. Infeksi pada daun
muda atau tua pada tajuk bagian bawah menimbulkan gejala hawar daun berwarna
cokelat. Petogen yang menginfeksi buah muda menimbulkan gejala kelayuan dengan
bintik-bintik cokelat yang dapat berkembang menjadi bercak cokelat yang
berlekuk (antraknose). Buah dewasa yang terinfeksi tidak menjadi layu,
hanya mengalami antraknose dan mengerut pada bagian ujungnya.
Cendawan ini dipencarkan oleh percikan air penyakit menyebar melalui
konidia yang dihasilkan oleh bercak-bercak pada daun, kondisi seperti ini
karena keadaan dalam kondisi yang lembab. Konidia tersebut dapat menyebar
melalui air hujan dan angin. Pada buah, konidia terbentuk dalam aservulusyang
timbul dari bercak-bercak yang lebih tua.
2.5 Pengendalian
Tanaman kakao dikembangkan oleh petani pada lahan-lahan yang telah ditanami
dengan tanaman lain seperti kelapa, durian, sengon, langsat, dan tanaman hutan.
Dengan demikian tanaman kakao berkembang pada kondisi tertutup, dan ditambah
lagi dengan naungan kanopi kakao menyebabkan mudah berkembangnya organisme
pengganggu tanaman (OPT) seperti Oncobasidium theobromae. Tanaman
penutup ini berakibat pada berkurangnya pergerakan udara, mengurangi masuknya
sinar matahari, dan meningkatkan kelembaban udara. Sistem zero shading telah
dilakukan di Sabah Malaysia, namun ini dapat menekan perkembangan OPT pada
lahan dengan kondisi yang superior. Sedangkan pada lahan marginal, zero
shading menyebabkan tanaman menjadi rentan terhadap mati ranting, karena
terkena secara langsung oleh sinar matahari (Chok, 2004). Hal yang sama diamati
di Sulawesi, zero shading bisa dilakukakan pada lahan yang kandungan air
tanahnya memadai sepanjang tahun, sedangkan pada lahan dengan kadar air yang
kurang memadai tanaman kakao akan mati terutama di musim kemarau sebagai akibat
penguapan dan intensitas sinar matahari yang tinggi. Oleh karena itu untuk lahan
seperti yang terakhir, perlu pengaturan naungan agar dapat mengurangi
perkembangan OPT dan sekaligus memperbaiki pertumbuan tanaman. Tanaman kakao
akan tumbuh baik apabila dalam sehari menerima penyinaran langsung selama 2 jam
yaitu antara pukul 11.00-13.00 siang. Smith (1981) menyatakan bahwa tanaman
kakao dibawah tanaman penutup yang tinggi seperti kelapa lebih sedikit
terserang OPT bila dibandingkan tanaman kakao dengan tanaman penutup yang tidak
terlalu tinggi seperti Leucaena.
Penataan tanaman penutup atau tanaman pelindung sangat penting dalam
mengurangi perkembangan penyakit VSD dan menjaga pertumbuhan yang baik tanaman
kakao. Untuk tanaman kakao yang sudah ada di lapangan, diperlukan pemangkasan
tanaman pelindung di awal musim hujan. Sedangkan untuk tanaman kakao baru yang
akan ditanam di daerah terbuka, penanaman tanaman pelindung sebaiknya dilakukan
satu tahun sebelum ditanam kakao. Penanaman tanaman pelindung yang bisa menjadi
inang VSD perlu dihindari, sebagai contoh tanaman alpokat (Keane and Prior
1991). Agar lebih praktis perlu dipikirkan pula penggunaan tanaman pelindung
yang daunnya bisa mengkerut di musim hujan dan mengembang di musim kemarau,
sebagai contoh petai cina.
Seperti disebutkan di atas bahwa cendawan O. theobromae berkembang
baik pada keadaan basah dan lembab. Tingkat kelembaban yang mendekati 100% pada
malam hari menghasilkan kondensasi air bebas yang sangat penting untuk
terjadinya infeksi. Kerusakan oleh O. theobromae akan lebih besar bila
keadaan tersebut di atas ditunjang dengan tanaman pelindung yang lebat. Dengan
demikian pemangkasan pohon pelindung di musim hujan akan memungkinkan
mengurangi kelembaban dan masuknya sinar matahari yang akan mengurangi
perkembangan cendawan pathogen dan sekaligus membantu pertumbuhan tanaman kakao
sendiri sehingga secara tidak langsung memberikan mekanisme pertahanan terhadap
cendawan patogen tersebut.
Untuk mengurangi sumber inokulum, pemangkasan tanaman pelindung bisa
bersamaan dengan pemangkasan sanitasi yaitu memangkas ranting yang terserang
sampai pada batas tidak ditemukan lagi garis coklat pada jaringan kayu ditambah
sekitar 30 cm kearah bawah. Potongan tanaman ini dikumpulkan dan kemudian
dibakar.
Strategi yang paling baik untuk pengendalian jangka panjang adalah
penggunaan tanaman resisten. Resisten atau toleran terhadap VSD berhubungan
dengan tinginya aktivitas enzim Polyphenol oxydase dan kitinase pada tanaman
kakao (Chowpada, 2001). Untuk mencegah kerusakan yang lebih besar oleh VSD,
maka penggunaan tanaman resisten harus segera dilakukan. Hal ini dilakukan
dengan cara mencari klon resisten di lapang atau mendapatkanya dari Puslitbun
Koka Jember. Puslitbun Koka Jember telah menghasilkan klon-klon lindak anjuran
yang selain toleran terhadap VSD, juga toleran penyakit busuk buah dan penyakit
antraknosa. Klon-klon tersebut adalah GC7, ICS 13, ICS 60, TSH 858, TSH 908, Pa
300, Pa 303, NW 6261, SD 6225, UIT 1, RCC 71, RCC 72, dan RCC 73. Perbanyakan
klon-klon tersebut perlu dilakukan dan selanjutnya digunakan ditanam langsung
pada lahan atau side grafting pada tanaman terserang VSD pada lahan
lama.
Penelitian penggunaan musuh alami untuk mengendalikan penyakit VSD belum
pernah dilakukan baik di Sulawesi, maupun di negara lainnya. Pengendalian
biologi masih memungkinkan, namun tampaknya harus menggunakan musuh alami yang
bersifat endofit untuk bisa berkompetisi di dalam jaringan tanaman. O.
theobromae menginfestasi jaringan xylem sehingga bisa bertahan lama dalam
jaringan tanaman, walaupun kondisi luar tanaman tidak memungkinkan untuk
berkembangnya cendawan ini. Sejumlah musuh alami yang endofit ini telah
diidentifikasi pada tanaman kakao di Panama dan Brazil seperti Colletotrichum,
Botryospharia, Nectria dan Trichoderma (Mejia et al., 2004; Samuel,
2004). Di Sulawesi sendiri, identifikasi cendawan endofit sedang dilakukan dan
ada beberapa isolate Trichoderma ditemukan pada biji kakao. Cendawan
endofit di Panama dan di Brazil digunakan untuk mengendalikan penyakit busuk
buah yang disebabkan Phytophthora sp. dan Moniliophthora serta
penyakit sapu setan yang disebabkan oleh cendawan Crinepellis perniciosa.
Cendawan terakhir dapat masuk pada jaringan meristem. Penggunaan cendawan
endofit ini mungkin dapat dilakukan melalui daun-daun terserang atau melalui
penginfusan.
Karena tempat berkembangnya Oncobasidium theobromae adalah xylem,
maka fungisida yang digunakan harus bersifat sistemik. Akan tetapi pengujian
yang dilakukan di Pinrang menunjukkan bahwa fungisida tidak sistemik dapat
digunakan hanya saja melalui metoda penginfusan. Fungisida tersebut berbahan
aktif tembaga oksida (CuO). Senyawa ini dapat menghambat intensitas penyakit
VSD berdasarkan pengamatan pada gejala yang muncul pada tanaman kakao yang
berumur kira-kira 15 tahun. Persentase penghambatan sangat sempurna pada
penginfusan dengan konsentrasi fungisida 2g/l/tanaman, yang dapat mencapai 100%
pada enam minggu setelah aplikasi
KARET
Penyakit-penyakit Penting Pada Tanaman Karet
Jamur Akar Putih
Penyakit Jamur Akar Putih disebabkan oleh Rigidoporus lignosus atau R.
microporus yang menyerang akar tunggang maupun akar lateral. Penyakit ini
dapat mengakibatkan kematian tanaman dengan intensitas yang sangat tinggi
terutama pada tanaman karet yang berumur 2-4 tahun. Serangan dapat terjadi
mulai pada pembibitan, tanaman belum menghasilkan (TBM) sampai tanaman
menghasikan (TM). Pada permukaan akar terserang ditumbuhi benang-benang jamur
berwarna putih kekuningan dan pipih menyerupai akar rambut. Benang-benang
tersebut menempel kuat pada akar sehingga sulit dilepas. Akar tanaman yang sakit
akhirnya membusuk, lunak dan berwarna coklat. Gejala ini baru terlihat apabila
daerah perakaran dibuka.
Tanaman yang terserang daun-daunnya berwarna hijau kusam, layu dan gugur,
kemudian diikuti dengan kematian tanaman. Jamur ini menular melalui kontak
langsung antara akar atau tunggul yang sakit dengan akar tanaman sehat. Spora
dapat juga disebarkan oleh angin yang jatuh di tunggul dan sisa kauy akan
tumbuh membentuk koloni. Umumnya penyakit akar terjadi pada pertanaman bekas
hutan atau tanaman, karena banyak tunggul dan sisa-sisa akar sakit dari tanaman
sebelumnya yang tertinggal di dalam tanah yang menjadi sumber penyakit.
Pengamatan : Tujuan
pengamatan adalah mengetahui kondisi ekosistem kebun yang meliputi antara lain
keadaan tanaman, gejala serangan penyakit dan faktor lingkungannya seperti
iklim, tanah dan air. Hasil pengamatan dianalisa untuk pengambilan keputusan
tentang tindakan yang akan dilakukan dalam mengelola ekosistem di kebunnya.
Pengamatan dilakukan sesuai luasan yang dimiliki oleh petani. Apabila ada
tanaman yang daun-daunnya berwarna hijau gelap atau kusam, permukaan daun
menelungkup, adakalanya membentuk bunga dan buah padahal belum sesuai dengan
umurnya, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan membuka tanah di
sekitar pangkal batang tanaman untuk melihar tingkat serangan penyakit.
Ringan : Benang jamur
berwarna putih baru menempel di permukaan akar atau kulit akar
mulai membusuk karena serangan jamur
Berat : kulit dan
kayu akar sudah membusuk karena serangan jamur. Untuk meyakinkan adanya
serangan jamur akar putih pada suatu areal pertanaman karet, dapat dilakukan
dengan cara menutup leher akar tanaman yang dicurigai dengan
mulsa/serasah/rumput kering, 2-3 minggu kemudian akan tampak benang-benang
jamur yang melekat pada leher akar apabila mulsa diangkat. Pengamatan tajuk
tanaman untuk keseluruhan areal kebun karet dilakukan setiap 3 bulan, dimulai
sejak tanaman berumur 6 bulan. Pemeriksaan dengan menggunakan mulsa dilakukan
setiap 6 bulan yaitu pada awal dan akhir musim hujan.
Penyakit Gugur Daun
Ada tiga jenis jamur penyebab penyakit gugur daun karet yaitu: Oidium
heveae, Colletotrichum gloeosporioides dan Corynespora casiicola.
Ketiga penyakit daun tersebut dapat menyerang di pembibitan, tanaman muda,
tanaman menghasilkan, tanaman tua dan di tanaman entress. Pada tanaman
menghasilkan, penyakit ini dapat merugikan karena mengakibatkan daun-daun muda
berguguran, yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat sehingga produksi
lateks menurun bahkan tidak menghasilkan lateks sama sekali, serta produksi
biji merosot. Oidium heveae dan Colletotrichum gloeosporioides menyerang
pucuk dan daun muda, sedangkan Corynespora cassiicola menyerang daun
muda dan daun tua. Penyakit ini dapat timbul di pembibitan, TBM, dan TM.
Penyebab penyakit dapat diketahui berdasarkan gejala yang tampak pada tanaman
terserang.
Penyakit gugur daun yang disebabkan oleh Oidium heveae dikenal juga
sebagai penyakit embun tepung. Daun-daun yang berumur 1-9 hari apabila
terserang permukaannya mengeriput, ujung daun mengering dan akhirnya gugur
sehingga tanaman menjadi gundul. Daun-daun yang berumur 10-15 hari apabila
terserang, pada jaringan daun tampak adanya bercak yang tembus cahaya/translucens
–tetapi daun tidak gugur. Di bawah permukaan daun terdapat koloni bundar
berwarna putih seperti tepung halus yang terdiri dari benang-benang dan spora
jamur. Spora ini mudah diterbangkan oleh angin dan mudah tercuci dari permukaan
daun oleh air hujan. Serangan berat terjadi apabila cuaca kering diselingi
dengan hujan yang singkat pada malam atau pagi hari pada saat tanaman sedang
membentuk daun-daun muda, terutama di kebun dengan ketinggian 300 meter dari
permukaan laut (dpl). Penularan penyakit ini melalui spora yang diterbangkan
oleh angin sehingga dapat mencapai jarak yang jauh. Penyakit gugur daun yang
disebabkan oleh Colletotrichun gloeosporioides, pada daun muda yang
terserang terlihat bercak-bercak berwarna coklat kehitaman, keriput, bagian
ujungnya mati dan menggulung yang akhirnya gugur. Pada daun yang berumur lebih
dari 10 hari serangan Colletotrichum gloeosporioides, menyebabkan
bercak-bercak daun berwarna coklat dengan halo berwarna kuning dan permukaan
daun menjadi kasar. Serangan lebih lanjut bercak tersebut menjadi berlubang.
Disamping menyerang daun, C. gloeosporioides dapat pula menyerang
ranting muda yang masih berwarna hijau dengan menimbulkan gejala busuk, kering
dan akhirnya mati pucuk (die back). Penyakit gugur daun yang disebabkan
oleh Corynespora cassicola diawali dengan bercak coklat dan selanjutnya
berkembang menjadi guratan menyerupai tulang ikan. Bercak ini akan meluas
sejajar dengan urat daun dan kadang tidak teratur. Daun mejnadi kuning dan
coklat kemerahan kemudian gugur. Penyebaran penyakit melalui spora yang dibawa
oleh angin. Tanaman yang terserang mengalami gugur berulang kali sehingga
meranggas sepanjang tahun (Anonim,1991).
Pengamatan : Pengamatan
dilakukan setiap 3 hari sekali mulai pada saat tanaman membentuk tunas baru
sampai daun menjadi hijau. Pengamatan dilakukan pada 10 pohon sampel yang
tersebar merata di dalam areal kebun yang diamati. Intensitas serangan
dinyatakan dalam tajuk, makin tipis kerapatan tajuk makin berat intensitas
serangannya yaitu:
Kerapatan tajuk 25 - < 50 % = serangan penyakit daun berat
Kerapatan tajuk > 50 – 75 % = serangan penyakit daun ringan
Pengambilan keputusan untuk pengendalian segera dilakukan terutama pada
gejala serangan penyakit yang berat di areal pertanaman yang diamati.
Kanker Garis
Penyakit kanker garis yang disebabkan oleh Phytophthora palmivora diawali
dengan adanya selaput tipis berwarna putih dan tidak begitu jelas menutupi alur
sadap. Bila dikerok, diatas irisan sadap akan tampak garis-garis tegak berwarna
coklat atau hitam. Garis-garis ini akan berkembang dan berpadu satu sama lain
membentuk jalur hitam yang tampak seperti retakan membujur pada kulit pulihan.
Terkadang di bawah kulit pulihan akan terbentuk gumpalan lateks yang
mengakibatkan pecahnya kulit, kemudian keluar tetesan lateks berwarna coklat
dan berbau busuk. Penyakit ini mengakibatkan kerusakan berupa benjolan-benjolan
atau cekungan-cekungan pada bekas bidang sadap lama sehingga penyadapan
berikutnya sulit dilakukan. Kanker garis sering dijumpai pada kebun-kebun yang
terletak di daerah beriklim basah dan kelembabannya tinggi serta tanaman yang
disadap terlalu dekat dengan tanah. Penularan penyakit melalui spora yang
disebarkan oleh angin dan air hujan. Pengamatan : Pengamatan dilakukan
setiap hari sadap selama musim hujan, terutama di kebun-kebun yang sering
terserang kanker garis. Semua tanaman/pohon yang menunjukkan gejala serangan
harus segera dilakukan tindakan pengendalian dengan pengolesan fungisida.
Tanaman yang telah dikendalikan diamati setiap minggu. Bila masih tersebut
bagian yang menunjukkan gejala serangan kulit membusuk maka dilakukan lagi
pengolesan fungisida.
C. Penyakit yang Sering Ditemui di Perkebunan Tanaman Karet
1. Mouldy Rot
Mouldy Rot yang merupakan penyakit pada bidang sadapan, mempunyai arti yang
penting dalam budidaya karet. Penyakit merusak bidang sadapan, sehingga
pemulihan kulit terganggu dan menyulitkan penyadapan seterusnya. Mouldy Rot
yang berat apabila tidak dirawat akan mengakibatkan terjadinya luka-luka besar,
sehingga bidang sadapan rusak sama sekali dan tidak mungkin disadap lagi.
Untuk pertama kali penyakit ini diketahui di Malaysia Semenanjung pada
Tahun 1916. Pada waktu yang hampir bersamaan penyakit ini juga ditemuka di Jawa
(de Fluiter, 1937, 1939a; Steimann, 1925). Di daerah-daerah yang curah hujannya
tinggi, penyakit dapat sangat merugikan.
Mouldy Rot terdapat di kebanyakan negara penghasil karet, kecuali di
Indocina, Srilanka, dan Afrika Barat (Wastie, 1975)
Penyebab serangan
Ceratocystis fimbriata, sinonimnya ceratos tomella fimbriata. Jamur ini mempunyai hifa
berwarna hitam kecoklatan.beberapa hari setelah infeksi jamur membentuk tubuh
buah, yaitu peritesium yang bulat dengan leher panjang. Dalam peritesium
terdapat banyak askus berbentuk bulat telur atau bulat, mengandung 8 askospora
bulat atau bulat telur, tidak berwarna. Askospora keluar dari peritesium
bersama-sama dengan cairan dan membentuk tetes-tetes mengkilat. Peritesium
mempunyai panjang 440-560 μm (termasuk lehernya), dan
lebarnya lebih kurang 180μm, yang telah terlihat
dengan loupe. Askospora berukuran 4,5-8,7 × 3,5-4,7 μm. Askus mudah sekali pecah, sehingga awalnya peritesium dianggapsebagai
piknidium. Hifa yang tumbuh dari askospora segera membentuk dua macam spora
yaitu konidium (oidium) dan klamidospora. Konidium tidak berwarna, ukurannya
sangat variabel, rata-ratanya 20,8 × 5,3 μm. Klamidospora bulat atau
jorong, berwarna coklat tua, sering pangkalnya agak menonjol, dengan ukuran
15,9 × 13,1 μm.
Bagian tanaman yang diamati:
Bidang sadap
Tanda serangan
Tanda serangan Mouldy Rot
Adanya lapisan beledru berwarna kelabu sejajar dengan alur sadap. Apabila
lapisan dikerok, tampak bintik-bintik berwarna coklat kehitaman. Serangan bisa
meluas sampai ke kambium dan bagian kayu. Bekas serangan membentuk cekungan
berwarna hitam seperti melilit sejajar alur sadap. Bekas bidang sadap
bergelombang sehingga menyulitkan penyadapan berikutnya atau tidak bisa lagi di
sadap.
Interval pengamatan
1-2 minggu selama musim hujan
Intensitas serangan
Ringan : lapisan beledru berwarna kelabu sejajar dengan alur sadap
Berat : bagian yang sakit membusuk dan berwarna kehitaman
Pengambilan keputusan pengendalian
Apabila ditemukan satu saja tanaman yang menunjukkan gejala harus segera
dilakukan pengendalian pada tanaman itu saja. Sehingga cepat pulih dan
membentuk kulit bidang sadap yang baru. Pengendalian
Menanam klon resisten· terutama di tempat yang beriklim basah atau rawan
penyakit (GT 1 atau Avros 2037);
Pisau sadap diberi· desinfektan sebelum digunakan;
Menurunkan intensitas· penyadapan dari S 2/d2 menjadi S 2/d3 atau S 2/d4
atau menghentikan penyadapan pada serangan berat;
Hindari torehan yang· terlalu dalam pada saat penyadapan agar kulit cepat
pulih;
Tanaman yang sudah· terserang dioles fungisida 5 cm diatas irisan sadap
sehari setelah penyadapan dan getah belum dilepas;
Interval pengolesan· 1-2 minggu sekali sampai tanaman kembali sehat;
Fungisida yang· dianjurkan antara lain Difolatan 4 F 2%; Difolatan 80
WP 2%; Bavistin 50 WP 2%; Derosol 60 WP 0,1%; Topsin M 75 WP 2%; Benlate 50 WP
0,5%; Indofol 476 F 2%.
2. Jamur Upas
Jamur upas (pink disease) terutamamerugikan karet muda, yang berumur
3-8 tahun. Jamur ini juga dapat menyerang tanaman yang lebih tua, tetapi
kerugian yang ditimbulkannya tidak berarti. Pada karet muda, jamur dapat
mematikan batang atau cabang yang menyebabkan tajuk kurang berkembang sehingga
tanaman lambat dapat disadap dan hasilnya pun kurang.
Jamur upas terdapat di seluruh daerah tropika, sehingga menjadi masalah di
semua negara penanam karet di Asia, Afrika dan Amerika Selatan. Kerugian yang
cukup besar terjadi di Indonesia, Malaysia, Thailand, India dan Filipina. Di
Srilanka, penyakit kurang merugikan, sedangkan di Cina dan negara-negara
penghasil karet di Afrika dan Amerika Selatan, jamur upas bukan penyakit yang
penting (Allen, 1994; Wastie 1975). Penyebab Serangan :
Upasia salmonicolor, meskipun sampai sekarang dikenal dengan nama corticium salmonicolor B,
jamur disebut Erythricium salmonicolor Burdsall. Pada stadium teleomorf
(III) yang berwarna merah jambu, jamur upas membentuk gada. Basidiospora
tidak berwarna, berbentuk buah per (pyriform) dengan ujung runcing, 9-12
× 6-7 μm, sterigma panjang 4-5 μm. Sporodokium pada stadium anamorf (V) berwarna merah bata sampai
merah tua, 0,5-1,5 mm, menghasilkan konidium berbentuk jorong tidak teratur,
dan ukurannya tidak tertentu.
Bagian tanaman yang diamati
Batang, cabang dan ranting
Tanda serangan
serangan lanjut jamur upas
Tanda serangan jamur upas
Stadium sarang· laba-laba
Pada permukaan kulit bagian pangkal atau atas percabangan tampak benang
putih seperti sutera mirip sarang laba-laba
Stadium bongkol·
Adanya bintil-bintil putih pada permukaan jaring laba-laba
Stadium corticium·
Jamur membentuk selimut yaitu kumpulan benang-benang jamur berwarna merah
muda. Jmur telah masuk ke jaringan kayu
Stadium necator·
Jamur membentuk lapisan tebal berwarna hitam yang terdiri dari jaringan
kulit yang membusuk dan kumpulan tetesan lateks yang berwarna coklat kehitaman
meleleh di permukaan bagian terserang. Cabang atau ranting yang terserang akan
membusuk dan mati serta mudah patah. Interval pengamatan
1-2 minggu sekali, dimulai pada awal sampai akhir musim hujan terutama
daerah yang sering diserang jamur upas dan berkelembaban tinggi.
Intensitas serangan
Ringan : bagian pangkal atau atas percabangan tampak benang putih seperti
sutera.
Berat : cabang atau ranting yang terserang akan membusuk dan mati serta
mudah patah.
Pengambilan keputusan pengendalian
Apabila terdapat benang-benang jamur seperti sutera pada pangkal
percabangan atau pada bagian atasnya perlu segera dilakukan pengendalian.
Pengendalian
Cabang/ranting yang telah mati
dipotong dan dimusnahkanC;·
Cabang yang masih menunjukkan gejala
awal segera dioles dengan· fungisida;
Pada kulit yang mulai· membusuk, harus dikupas sampai bagian kulit sehat
kemudian; di oles fungisida hingga 30 cm ke atas dan ke bawah dari bagian yang
sakit;
3. Bercak Daun Drechslera
Bercak daun Drechslera, yang masih banyak disebut sebagai bercak daun
Helminthosporium, dalam bahasa Inggris disebut bird’s eye spot, karena bercak
mirip dengan mata burung. Menurut Wastie (1975) penyakit ini terdapat di semua
negara Penanam karet.
Penyakit terutama timbul pada semai di pembibitan dan disini dapat cukup merugikan.
Pertumbuhan bibit terganggu sehingga okulasi dan penanaman di lapangan
tertunda. Selain itu, karena kondisi bibit kurang baik, persentase berhasilnya
penempelan juga berkurang. Gangguan ini terutama tersa pada okulasi-hijau (green-budding)
yang lebih memerlukan ketepatan
waktu daripada okulasi biasa. Pada bibit yang lemah,
pemotongan batang-bawah setelah okulasi hijau dapat menyebabkan matinya bibit.
Penyebab Serangan :
Drechslera heveae, namun sampai sekarang masih banyak dikenal dengan nama Helminthosporium
heveae Petch. Di Srilanka, konidium jamur berwarna coklat, berbentuk
kumparan yang sering agak bengkok, berdinding tebal, bersekat 8-11, berukuran
100-200 × 15-18 μm. Konidiofor panjangnya 80-200 μm. Sementara di Sumatera, Drechslera heveae mempunyai konidium yang
ukurannya lebih kecil, bersekat 1-10, dengan ukuran 38-114 × 12-17 μm.
Bagian tanaman yang diamati
Daun
Tanda serangan
Bercak-bercak bulat, bergaris tengah 1-3 mm, dengan pusat yang tembus
cahaya dan tepi coklat sempit yang jelas, mirip dengan mata burung. Gejala ini
terjadi bila infeksi berlangsung pada waktu daun sudah mencapai ukurannya yang
penuh, tetapi masih tergantung lemas. Pada daun muda, tidak terjadi bercak daun
dengan batas yang tegas. Tepi atau seluruh permukaan daun menjadi hitam dan
keriput. Pada daun yang lebih tua, yang kutikulanya sudah berkembang dan
helaian daunnya sudah lebih kurang mendatar (horizontal), bercak-bercak tetap
kecil dan berwarna coklat tua. Di pusat bercak yang tembus cahaya pada sisi
bawah daun sering terlihat tepung hitam yang terdiri atas konidium jamur.
Seringkali pada daun yang sama terdapat ketiga macam gejala yaitu pucuk
keriput, mata burung yang khas, dan bercak coklat tua yang menunjukkan bahwa
daun ini mendapat infeksi berulang-ulang selama perkembangannya. Pengendalian
Pembibitan jangan dibuat di tanah
yang sangat berpasir, miskin, dan· kurang dapat menahan air.
Harus diusahakan agar bibit tumbuh
sebaik-baiknya dengan pemupukan· seimbang.
Bibit dilindungi dengan fungisida
untuk keperluan ini dapat dipakai· fungisida tembaga seperti bubur Bordeaux atau
oksiklorida tembaga.
Perlindungan dengan· penyemprotan hanya perlu dilakukan apabila ada
tanta-tanda bahwa pembibitan akan terserang berat, dan bibit akan diokulasi
dengan segera (Wastie,1975).
KELAPA SAWIT
Penyakit-penyakit Penting Pada Tanaman Karet
Jamur Akar Putih
Penyakit Jamur Akar Putih disebabkan oleh Rigidoporus lignosus atau R.
microporus yang menyerang akar tunggang maupun akar lateral. Penyakit ini
dapat mengakibatkan kematian tanaman dengan intensitas yang sangat tinggi
terutama pada tanaman karet yang berumur 2-4 tahun. Serangan dapat terjadi
mulai pada pembibitan, tanaman belum menghasilkan (TBM) sampai tanaman
menghasikan (TM). Pada permukaan akar terserang ditumbuhi benang-benang jamur
berwarna putih kekuningan dan pipih menyerupai akar rambut. Benang-benang
tersebut menempel kuat pada akar sehingga sulit dilepas. Akar tanaman yang
sakit akhirnya membusuk, lunak dan berwarna coklat. Gejala ini baru terlihat
apabila daerah perakaran dibuka.
Tanaman yang terserang daun-daunnya berwarna hijau kusam, layu dan gugur,
kemudian diikuti dengan kematian tanaman. Jamur ini menular melalui kontak
langsung antara akar atau tunggul yang sakit dengan akar tanaman sehat. Spora
dapat juga disebarkan oleh angin yang jatuh di tunggul dan sisa kauy akan tumbuh
membentuk koloni. Umumnya penyakit akar terjadi pada pertanaman bekas hutan
atau tanaman, karena banyak tunggul dan sisa-sisa
akar sakit dari tanaman sebelumnya yang tertinggal di
dalam tanah yang menjadi sumber penyakit.
Pengamatan : Tujuan
pengamatan adalah mengetahui kondisi ekosistem kebun yang meliputi antara lain
keadaan tanaman, gejala serangan penyakit dan faktor lingkungannya seperti
iklim, tanah dan air. Hasil pengamatan dianalisa untuk pengambilan keputusan
tentang tindakan yang akan dilakukan dalam mengelola ekosistem di kebunnya.
Pengamatan dilakukan sesuai luasan yang dimiliki oleh petani. Apabila ada
tanaman yang daun-daunnya berwarna hijau gelap atau kusam, permukaan daun
menelungkup, adakalanya membentuk bunga dan buah padahal belum sesuai dengan
umurnya, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan membuka tanah di
sekitar pangkal batang tanaman untuk melihar tingkat serangan penyakit.
Ringan : Benang jamur
berwarna putih baru menempel di permukaan akar atau kulit akar
mulai membusuk karena serangan jamur
Berat : kulit dan
kayu akar sudah membusuk karena serangan jamur. Untuk meyakinkan adanya
serangan jamur akar putih pada suatu areal pertanaman karet, dapat dilakukan
dengan cara menutup leher akar tanaman yang dicurigai dengan
mulsa/serasah/rumput kering, 2-3 minggu kemudian akan tampak benang-benang
jamur yang melekat pada leher akar apabila mulsa diangkat. Pengamatan tajuk
tanaman untuk keseluruhan areal kebun karet dilakukan setiap 3 bulan, dimulai
sejak tanaman berumur 6 bulan. Pemeriksaan dengan menggunakan mulsa dilakukan
setiap 6 bulan yaitu pada awal dan akhir musim hujan.
Penyakit Gugur Daun
Ada tiga jenis jamur penyebab penyakit gugur daun karet yaitu: Oidium
heveae, Colletotrichum gloeosporioides dan Corynespora casiicola.
Ketiga penyakit daun tersebut dapat menyerang di pembibitan, tanaman muda,
tanaman menghasilkan, tanaman tua dan di tanaman entress. Pada tanaman
menghasilkan, penyakit ini dapat merugikan karena mengakibatkan daun-daun muda
berguguran, yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat sehingga produksi
lateks menurun bahkan tidak menghasilkan lateks sama sekali, serta produksi
biji merosot. Oidium heveae dan Colletotrichum gloeosporioides menyerang
pucuk dan daun muda, sedangkan Corynespora cassiicola menyerang daun
muda dan daun tua. Penyakit ini dapat timbul di pembibitan, TBM, dan TM.
Penyebab penyakit dapat diketahui berdasarkan gejala yang tampak pada tanaman
terserang.
Penyakit gugur daun yang disebabkan oleh Oidium heveae dikenal juga
sebagai penyakit embun tepung. Daun-daun yang berumur 1-9 hari apabila
terserang permukaannya mengeriput, ujung daun mengering dan akhirnya gugur
sehingga tanaman menjadi gundul. Daun-daun yang berumur 10-15 hari apabila
terserang, pada jaringan daun tampak adanya bercak yang tembus
cahaya/translucens –tetapi daun tidak gugur. Di bawah permukaan daun terdapat
koloni bundar berwarna putih seperti tepung halus yang terdiri dari
benang-benang dan spora jamur. Spora ini mudah diterbangkan oleh angin dan mudah
tercuci dari permukaan daun oleh air hujan. Serangan berat terjadi apabila
cuaca kering diselingi dengan hujan yang singkat pada malam atau pagi hari pada
saat tanaman sedang membentuk daun-daun muda, terutama di kebun dengan
ketinggian 300 meter dari permukaan laut (dpl). Penularan penyakit ini melalui
spora yang diterbangkan oleh angin sehingga dapat mencapai jarak yang jauh.
Penyakit gugur daun yang disebabkan oleh Colletotrichun gloeosporioides,
pada daun muda yang terserang terlihat bercak-bercak berwarna coklat kehitaman,
keriput, bagian ujungnya mati dan menggulung yang akhirnya gugur. Pada daun
yang berumur lebih dari 10 hari serangan Colletotrichum gloeosporioides,
menyebabkan bercak-bercak daun berwarna coklat dengan halo berwarna kuning dan
permukaan daun menjadi kasar. Serangan lebih lanjut bercak tersebut menjadi
berlubang. Disamping menyerang daun, C. gloeosporioides dapat pula
menyerang ranting muda yang masih berwarna hijau dengan menimbulkan gejala
busuk, kering dan akhirnya mati pucuk (die back). Penyakit gugur daun
yang disebabkan oleh
Corynespora cassicola diawali dengan bercak coklat dan selanjutnya
berkembang menjadi guratan menyerupai tulang ikan. Bercak ini akan meluas
sejajar dengan urat daun dan kadang tidak teratur. Daun mejnadi kuning dan
coklat kemerahan kemudian gugur. Penyebaran penyakit melalui spora yang dibawa
oleh angin. Tanaman yang terserang mengalami gugur berulang kali sehingga
meranggas sepanjang tahun (Anonim,1991).
Pengamatan : Pengamatan
dilakukan setiap 3 hari sekali mulai pada saat tanaman membentuk tunas baru
sampai daun menjadi hijau. Pengamatan dilakukan pada 10 pohon sampel yang
tersebar merata di dalam areal kebun yang diamati. Intensitas serangan
dinyatakan dalam tajuk, makin tipis kerapatan tajuk makin berat intensitas
serangannya yaitu:
Kerapatan tajuk 25 - < 50 % = serangan penyakit daun berat
Kerapatan tajuk > 50 – 75 % = serangan penyakit daun ringan
Pengambilan keputusan untuk pengendalian segera dilakukan terutama pada
gejala serangan penyakit yang berat di areal pertanaman yang diamati.
Kanker Garis
Penyakit kanker garis yang disebabkan oleh Phytophthora palmivora diawali
dengan adanya selaput tipis berwarna putih dan tidak begitu jelas menutupi alur
sadap. Bila dikerok, diatas irisan sadap akan tampak garis-garis tegak berwarna
coklat atau hitam. Garis-garis ini akan berkembang dan berpadu satu sama lain
membentuk jalur hitam yang tampak seperti retakan membujur pada kulit pulihan.
Terkadang di bawah kulit pulihan akan terbentuk gumpalan lateks yang
mengakibatkan pecahnya kulit, kemudian keluar tetesan lateks berwarna coklat
dan berbau busuk. Penyakit ini mengakibatkan kerusakan berupa benjolan-benjolan
atau cekungan-cekungan pada bekas bidang sadap lama sehingga penyadapan
berikutnya sulit dilakukan. Kanker garis sering dijumpai pada kebun-kebun yang
terletak di daerah beriklim basah dan kelembabannya tinggi serta tanaman yang
disadap terlalu dekat dengan tanah. Penularan penyakit melalui spora yang
disebarkan oleh angin dan air hujan. Pengamatan : Pengamatan dilakukan
setiap hari sadap selama musim hujan, terutama di kebun-kebun yang sering
terserang kanker garis. Semua tanaman/pohon yang menunjukkan gejala serangan
harus segera dilakukan tindakan pengendalian dengan pengolesan fungisida.
Tanaman yang telah dikendalikan diamati setiap minggu. Bila masih tersebut
bagian yang menunjukkan gejala serangan kulit membusuk maka dilakukan lagi
pengolesan fungisida.
C. Penyakit yang Sering Ditemui di Perkebunan Tanaman Karet
1. Mouldy Rot
Mouldy Rot yang merupakan penyakit pada bidang sadapan, mempunyai arti yang
penting dalam budidaya karet. Penyakit merusak bidang sadapan, sehingga
pemulihan kulit terganggu dan menyulitkan penyadapan seterusnya. Mouldy Rot
yang berat apabila tidak dirawat akan mengakibatkan terjadinya luka-luka besar,
sehingga bidang sadapan rusak sama sekali dan tidak mungkin disadap lagi.
Untuk pertama kali penyakit ini diketahui di Malaysia Semenanjung pada
Tahun 1916. Pada waktu yang hampir bersamaan penyakit ini juga ditemuka di Jawa
(de Fluiter, 1937, 1939a; Steimann, 1925). Di daerah-daerah yang curah hujannya
tinggi, penyakit dapat sangat merugikan.
Mouldy Rot terdapat di kebanyakan negara penghasil karet, kecuali di
Indocina, Srilanka, dan Afrika Barat (Wastie, 1975)
Penyebab serangan
Ceratocystis fimbriata, sinonimnya ceratos tomella fimbriata. Jamur ini mempunyai hifa
berwarna hitam kecoklatan.beberapa hari setelah infeksi jamur membentuk tubuh
buah, yaitu peritesium yang bulat dengan leher panjang. Dalam peritesium
terdapat banyak askus berbentuk bulat telur atau bulat, mengandung 8 askospora
bulat atau bulat telur, tidak berwarna. Askospora keluar dari peritesium
bersama-sama dengan cairan dan membentuk tetes-tetes mengkilat. Peritesium
mempunyai panjang 440-560
μm (termasuk lehernya), dan lebarnya lebih kurang 180μm, yang telah terlihat dengan loupe. Askospora berukuran 4,5-8,7 × 3,5-4,7 μm. Askus mudah sekali pecah, sehingga awalnya peritesium dianggapsebagai
piknidium. Hifa yang tumbuh dari askospora segera membentuk dua macam spora
yaitu konidium (oidium) dan klamidospora. Konidium tidak berwarna, ukurannya
sangat variabel, rata-ratanya 20,8 × 5,3 μm. Klamidospora bulat atau
jorong, berwarna coklat tua, sering pangkalnya agak menonjol, dengan ukuran
15,9 × 13,1 μm.
Bagian tanaman yang diamati:
Bidang sadap
Tanda serangan
Tanda serangan Mouldy Rot
Adanya lapisan beledru berwarna kelabu sejajar dengan alur sadap. Apabila
lapisan dikerok, tampak bintik-bintik berwarna coklat kehitaman. Serangan bisa
meluas sampai ke kambium dan bagian kayu. Bekas serangan membentuk cekungan
berwarna hitam seperti melilit sejajar alur sadap. Bekas bidang sadap
bergelombang sehingga menyulitkan penyadapan berikutnya atau tidak bisa lagi di
sadap.
Interval pengamatan
1-2 minggu selama musim hujan
Intensitas serangan
Ringan : lapisan beledru berwarna kelabu sejajar dengan alur sadap
Berat : bagian yang sakit membusuk dan berwarna kehitaman
Pengambilan keputusan pengendalian
Apabila ditemukan satu saja tanaman yang menunjukkan gejala harus segera
dilakukan pengendalian pada tanaman itu saja. Sehingga cepat pulih dan
membentuk kulit bidang sadap yang baru. Pengendalian
Menanam klon resisten· terutama di tempat yang beriklim basah atau rawan
penyakit (GT 1 atau Avros 2037);
Pisau sadap diberi· desinfektan sebelum digunakan;
Menurunkan intensitas· penyadapan dari S 2/d2 menjadi S 2/d3 atau S 2/d4
atau menghentikan penyadapan pada serangan berat;
Hindari torehan yang· terlalu dalam pada saat penyadapan agar kulit cepat
pulih;
Tanaman yang sudah· terserang dioles fungisida 5 cm diatas irisan sadap
sehari setelah penyadapan dan getah belum dilepas;
Interval pengolesan· 1-2 minggu sekali sampai tanaman kembali sehat;
Fungisida yang· dianjurkan antara lain Difolatan 4 F 2%; Difolatan 80
WP 2%; Bavistin 50 WP 2%; Derosol 60 WP 0,1%; Topsin M 75 WP 2%; Benlate 50 WP
0,5%; Indofol 476 F 2%.
2. Jamur Upas
Jamur upas (pink disease) terutamamerugikan karet muda, yang berumur
3-8 tahun. Jamur ini juga dapat menyerang tanaman yang lebih tua, tetapi
kerugian yang ditimbulkannya tidak berarti. Pada karet muda, jamur dapat
mematikan batang atau cabang yang menyebabkan tajuk kurang berkembang sehingga
tanaman lambat dapat disadap dan hasilnya pun kurang.
Jamur upas terdapat di seluruh daerah tropika, sehingga menjadi masalah di
semua negara penanam karet di Asia, Afrika dan Amerika Selatan. Kerugian yang
cukup besar terjadi di Indonesia, Malaysia, Thailand, India dan Filipina. Di
Srilanka, penyakit kurang merugikan, sedangkan di Cina dan negara-negara
penghasil karet di Afrika dan Amerika Selatan, jamur upas bukan penyakit yang
penting (Allen, 1994; Wastie 1975).
Penyebab Serangan :
Upasia salmonicolor, meskipun sampai sekarang dikenal dengan nama corticium salmonicolor B,
jamur disebut Erythricium salmonicolor Burdsall. Pada stadium teleomorf
(III) yang berwarna merah jambu, jamur upas membentuk gada. Basidiospora
tidak berwarna, berbentuk buah per (pyriform) dengan ujung runcing, 9-12
× 6-7 μm, sterigma panjang 4-5 μm. Sporodokium pada stadium anamorf (V) berwarna merah bata sampai
merah tua, 0,5-1,5 mm, menghasilkan konidium berbentuk jorong tidak teratur,
dan ukurannya tidak tertentu.
Bagian tanaman yang diamati
Batang, cabang dan ranting
Tanda serangan
serangan lanjut jamur upas
Tanda serangan jamur upas
Stadium sar·ang laba-laba
Pada permukaan kulit bagian pangkal atau atas percabangan tampak benang
putih seperti sutera mirip sarang laba-laba
Stadium bongkol·
Adanya bintil-bintil putih pada permukaan jaring laba-laba
Stadium corticium·
Jamur membentuk selimut yaitu kumpulan benang-benang jamur berwarna merah
muda. Jmur telah masuk ke jaringan kayu
Stadium necator·
Jamur membentuk lapisan tebal berwarna hitam yang terdiri dari jaringan
kulit yang membusuk dan kumpulan tetesan lateks yang berwarna coklat kehitaman
meleleh di permukaan bagian terserang. Cabang atau ranting yang terserang akan
membusuk dan mati serta mudah patah. Interval pengamatan
1-2 minggu sekali, dimulai pada awal sampai akhir musim hujan terutama
daerah yang sering diserang jamur upas dan berkelembaban tinggi.
Intensitas serangan
Ringan : bagian pangkal atau atas percabangan tampak benang putih seperti
sutera.
Berat : cabang atau ranting yang terserang akan membusuk dan mati serta
mudah patah.
Pengambilan keputusan pengendalian
Apabila terdapat benang-benang jamur seperti sutera pada pangkal
percabangan atau pada bagian atasnya perlu segera dilakukan pengendalian.
Pengendalian
Cabang/ranting yang telah mati
dipotong dan dimusnahkanC;·
Cabang yang masih menunjukkan gejala
awal segera dioles dengan· fungisida;
Pada kulit yang mulai· membusuk, harus dikupas sampai bagian kulit sehat
kemudian; di oles fungisida hingga 30 cm ke atas dan ke bawah dari bagian yang
sakit;
3. Bercak Daun Drechslera
Bercak daun Drechslera, yang masih banyak disebut sebagai bercak daun
Helminthosporium, dalam bahasa Inggris disebut bird’s eye spot, karena bercak
mirip dengan mata burung. Menurut Wastie (1975) penyakit ini terdapat di semua
negara Penanam karet.
Penyakit terutama timbul pada semai di pembibitan dan disini dapat cukup
merugikan. Pertumbuhan bibit terganggu sehingga okulasi dan penanaman di
lapangan tertunda. Selain itu, karena kondisi bibit kurang baik, persentase
berhasilnya penempelan juga berkurang. Gangguan ini terutama tersa pada
okulasi-hijau (green-budding) yang lebih memerlukan ketepatan waktu
daripada okulasi biasa. Pada bibit yang lemah, pemotongan batang-bawah setelah
okulasi hijau dapat menyebabkan matinya bibit.
Penyebab Serangan :
Drechslera heveae, namun sampai sekarang masih banyak dikenal dengan nama Helminthosporium
heveae Petch. Di Srilanka, konidium jamur berwarna coklat, berbentuk
kumparan yang sering agak bengkok, berdinding tebal, bersekat 8-11, berukuran
100-200 × 15-18 μm. Konidiofor panjangnya 80-200 μm. Sementara di Sumatera, Drechslera heveae mempunyai konidium yang
ukurannya lebih kecil, bersekat 1-10, dengan ukuran 38-114 × 12-17 μm.
Bagian tanaman yang diamati
Daun
Tanda serangan
Bercak-bercak bulat, bergaris tengah 1-3 mm, dengan pusat yang tembus
cahaya dan tepi coklat sempit yang jelas, mirip dengan mata burung. Gejala ini
terjadi bila infeksi berlangsung pada waktu daun sudah mencapai ukurannya yang
penuh, tetapi masih tergantung lemas. Pada daun muda, tidak terjadi bercak daun
dengan batas yang tegas. Tepi atau seluruh permukaan daun menjadi hitam dan
keriput. Pada daun yang lebih tua, yang kutikulanya sudah berkembang dan
helaian daunnya sudah lebih kurang mendatar (horizontal), bercak-bercak tetap
kecil dan berwarna coklat tua. Di pusat bercak yang tembus cahaya pada sisi
bawah daun sering terlihat tepung hitam yang terdiri atas konidium jamur.
Seringkali pada daun yang sama terdapat ketiga macam gejala yaitu pucuk
keriput, mata burung yang khas, dan bercak coklat tua yang menunjukkan bahwa
daun ini mendapat infeksi berulang-ulang selama perkembangannya. Pengendalian
Pembibitan jangan dibuat di tanah
yang sangat berpasir, miskin, dan· kurang dapat menahan air.
Harus diusahakan agar bibit tumbuh
sebaik-baiknya dengan pemupukan· seimbang.
Bibit dilindungi dengan fungisida
untuk keperluan ini dapat dipakai· fungisida tembaga seperti bubur Bordeaux atau
oksiklorida tembaga.
Perlindungan dengan· penyemprotan hanya perlu dilakukan apabila ada tanta-tanda
bahwa pembibitan akan terserang berat, dan bibit akan diokulasi dengan segera
(Wastie,1975).
KOPI
Penyakit tanaman kopi
Masalah penyakit merupakan masalah yang tidak pernah lepas dalam praktek
budidaya tanaman dalam hal ini misalkan kopi. Penyakit yang meneyerang kopi
dapat menyebabkan kerugian secara langsung dan kerugian secara tidak langsung.
Penyakit yang menyebabkan kerugian secara langsung biasanya menyerang buahnya
sehingga menyebabkan kerugian secara langsung terhadap produksi dan harga jual
kopi. Sedangkan penyakit yang menyebabkan kerugian secara tidak langsung
biasanya menyerang daun. Penyakit yang menyerang daun ini biasanya berpengaruh
terhadap proses fotosintesis yang juga akan mempengaruhi proses pembentukan
buah. Sehingga disebut kerugian secara tidak langsung. Banyak penyakit yang
sering menyerang kopi di lapangan yaitu akan dijelaskan di bawah ini.
Penyakit pada daun
1. Coffee Leaf Rust (CLR) merupakan penyakit karat daun yang disebabkan
oleh Hemileia vastatrix melalui penyebaran angin dan udara. Sporanya
berbentuk seperti kutil. Penyakit ini umumnya menyerang daun muda dengan
kondisi kelembaban lingkungan tinggi. Penyakit ini lebih menyerang perkebunan
kopi arabika. Penyakit ini jarang menyerang tanaman kopi robusta. Hal ini
karena perkebunan robusta umumnya berada di dataran rendah yang memiliki
kelembaban lingkungan yang rendah.
Ciri-ciri tanaman yang terserang:
-
Awalnya
terdapat bercak kuning muda yang berubah menjadi kuning tua didaun bagian
bawah. Bercak ini meluas, mulai dari 0,5 cm hingga menjadi 5 cmdan akanmemenuhi
permukaan daun.
-
Tahap infeksi
berikutnya, bercak berwarna kuning tua akan berubah menjadi cokelat dibagian
atas daun dan mengubah daun menjadi kering dan mati. Pada stadiumyang lanjut,
serangan penyakit ini mampu menggugurkan seluruh daun dan membuat tanaman
menjadi gundul dan mati.
2. Penyakit bercak daun. Disebabkan
oleh Cercospora coffeicola. Penyakit ini bisa menyerang kopi jenis
arabika dan robusta. Serangannya dimulai dari daun lalu merusak bagian buah.
Ciri-ciri tanaman yang terserang:
-
Penyakit ini
biasanya menyerang saat pembibitan atau persemaian.
-
Terdapat
bercak berwarna cokelat dan cokelat tua berbentuk bulat. Setelah itu, ber
cak cokelat tersebut berubah menjadi
putih dan kelabu seperti debu. Diameter bercaknya sekitar 0,5-1 cm.
-
Untuk bagian
buah, penyakit bercak daun umumnya menyerang bagian buah yangmendapat banyak
cahaya.
3. Penyakit daun hangus. Disebabkan
oleh Root dauw.
Ciri-ciri tanaman yang terserang:
-
Adanya lapisan
berwarna hitam dipermukaan daun
-
Terdapat
kumpulan semut dibagian daun
-
Suhu daun yang
terserng mengalami kenaikan dan menyebabkan kelayuan
Penyakit pada bunga
Penyakit pada bunga biasanya
disebabkan oleh iklim yang ekstrem atau kondisi tanah yang sangat lembab dan
basah. Contoh penyakitnya adalah sebagai berikut:
1. Bunga bintang. Penyakit ini umumnya
menyerang tanaman kopi jenis arabika.
Ciri-ciri tanaman yang terserang:
-
Daun mahkota
bunga berwarna hijau, tebal, dan melengkung kearah dalam.
-
Tidak tampak
tangkai sari dibagian benang sari, sedangkan putik tumbuh normal.
-
Mahkota bunga
menyelubungi benang sari.
-
Bunga tidak
akan menjadi buah
Penyakit pada buah
Penyakit bercak hitam. Disebabkan oleh
Cephaleuros coffea. Patogen ini umunya menyerang buah kopi yang belum
matang.
Ciri-ciri tanaman yang terserang:
-
Terdapat
bercak-bercak hitam pada buah kopi muda (berwarna hijau)
-
Terdapat
rambut-rambut halus dan butiran-butiran berwarna merah dibuah kopi
Penyakit pada batang dan ranting
1. Jamur upas. Disebabkan oleh Upasia
salmonicolor. Ciri-ciri tanaman yang terserang:
-
Terdapat
selaput berwarna merah jambu dan akan berubah menjadi putih dibatang. Jika
batang sudah berubah menjadi putih, artinya kulit batang sudah mati.
Untuk ranting dan daun, ujung-ujung
ranting terlihat mati serta daun menguning dan berguguran. disebakan jamur Rhizoctonia.
Penyakit pada Akar
1. Penyakit akar hitam
Disebabkan oleh jamur Rosellinia
bunodes dan Rosellinia arcuata. Ciri-ciri tanaman yang terserang:
-
Pertumbuhan
dipucuk puhon tidak normal
-
Daun menjadi
kekuningan dan layu atau rontok
-
Batang dan
kulit kayu tiba-tiba busuk dan mati secara mendadak
-
Jika tanaman
dicabut, terdapat benang atau serabut berwarna hitam di akar dan leher akar.
Kumpulan jamur tersebut membentuk satu lapisan hitam.
-
Jika kulit
kayu dikupas, terdapat bintik-bintik hitam. Sementara itu jika kulit kayu
dibelah membujur, terdapat garis-garis hitam. Tanda tersebut merupakan
ciri-ciri serangan Rosellinia bunodes.
-
Jika kulit
kayu dikupas terdapat benang atau serabut cendawan berwarna putih yang
bentuknya seperti bintang. Tanda tersebut merupakan ciri khas serangan Rosellinia
arcuata.
2. Penyakit akar cokelat
Umumnya menyerang kopi robusta.
Disebabkan oleh jamur Fomes noxius atau Phellinus lamaensis. Jika
masih muda, benang atau serabut yang dibentuknya berwarna cokelat jernih.
Setelah tua, warnanya berubah menjadi cokelat kehitaman. Ciri-ciri tanaman yang
terserang.
-
Terdapat kerak
tanah berwarna cokelat kehitaman yang merekat kuat di bagian akar tanaman.
Kerak tersebut terbentuk dari benang atau serat yang berasal dari jamur yang
membungkus akar dan mengeluarkan lendir yang mempunyai daya rekat kuat.
MANGGA
Penyakit Mangga
1. Penyakit Gleosporium
Cendawan Gloeosporium mangifera menyebabkan bunga menjadi layu, buah
busuk, daun berbintik-bintik hitam dan menggulung. Mempunyai morfologi hifa
berseptat warna hialin kemudian berubah berwarna hitam. Aservulus banyak
terbentuk pada bagian tanaman yang sakit kecuali pada buah. Konidum berbentuk
menjorong atau bulat telur dengan bagian ujung membulat dan tidak berseptat
dengan warna hialin. Patogen dapat bertahan pada ranting-ranting atau daun-daun
mangga yang sakit dipohon atau permukaan tanah. Pada kelembaban tinggi patogen
akan membentuk konidium atu spora yang keluar melalui aservulus yang berlendir
dan berwarna merah jambu serta spora atau konidia tersebut disebarkan oleh
percikan air hujan dan serangga. Infeksi pada buah dapat melalui inti sel buah
yang sudah matang dan pori-pori buah pada tanaman yang masih muda. Keadaan
cuaca yang lembab sangat lembab sngat cocok untuk pembentukan spora dan sangat
cocok untuk terjadinya infeksi. Patogen ini tidak tumbuh pada kelembaban yang
kurang dari 95^ C . Tingkat ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit ini
tergantung jenis mangga dan bagian tanaman yang diserang. Bagian tanaman yang
tumbuhnya cepat lebih rentan pada patogen ini.
2. Penyakit diplodia
Morfologi cendawan Diplodia sp. membentuk piknidium dengan konidium
membentuk jorok, bersel 1 dan hialin pada waktu muda dan bersel 2 saat dewasa
dan berwarn gelap. Patogen dapat bertahan dihidup pada ranting-ranting dan
kulit pohon yang terinfeksi. Penyinaaran matahari secara penuh dan mendadak
pada pangkal batang dan akibat pemangkasan cabang yang terlalu berat, dapt
mendorong perkembangan patogen tersebut. Pemetikan buah pada saat cuaca lembab
dan pembentukan luka dapat mendorong terjdinya infeksi pada buah yang kita
panen. Gejala tanaman yang diserang pada ranting atau batang mengeluarkan blendok,
kulit berwarna gelap, kemudian menering dan mengendap selanjutnya pecah dan
mengelupas seperti kepingan. Pada bagian yang luka menjadi kanker dan pada
serangan berat akan menimbulkan kematian sel atau jaringan. Patogen ini dapat
menyebabkan mati pucuk (dieback) pada ranting tanaman dan busuk lunak pada
buah.
3. Cendawan jelaga
Penyebab Meliola mangifera atau jamur Capmodium mangiferum. Daun
mangga yang diserang berwarna hitam seperti beledu. Warna hitam disebabkan oleh
jamur yang hidup di cairan manis. Biasanya cendawan ini berasosiasi dengan
semut atau kutu-kutuan karena menghasilkan embun madu. 4. Bercak karat merah
Penyebab ganggang Cephaleuros sp. Menyerang daun, ranting, bunga dan
tunas sehingga terbentuk bercak yang berwarna merah. Penyakit ini sangat
mempengaruhi proses pembuahan.Sehingga, dapat menurunkan hasil panen lebih dari
setengah hasil normal.
5. Kudis buah
Cendawan Elsinoe mangiferae menyerang tangkai bunga, bunga, ranting
dan daun. Gejala yang terjadi adanya bercak kuning yang akan berubah menjadi
abu-abu pembuahan tidak terjadi dan bunga berjatuhan.
6. Penyakit Antraknose (Colletotrichum sp.)
Gejala terjadi bintik-bintik hitam pada flush, daun, malai dan buah.
Serangan menghebat jika terlalu lembab, banyak awan, hujan waktu masa berbunga
dan waktu malam hari timbul embun yang banyak. Apabila bunganya terserang maka
seluruh panenan akan gagal karena bunga menjadi rontok.
7. Penyakit Blendok
Penyebab Diplodia recifensis yang hidup di dalam lubang yang dibuat
oleh kumbang Xyleborus affinis). Lubang mengeluarkan blendok (getah)
yang akan berubah warna menjadi coklat atau hitam.
Penyakit Umum pada Tanaman Mangga
No
|
Nama Penyakit
|
Nama Patogen
|
1
|
Layu benih
|
Pythium vexans
|
2
|
Embun tepung
|
Oidium mangiferae
|
3
|
Bercak daun kelabu
|
Pestalotiopsis maniferae
|
4
|
Busuk akar
|
Rigidoporus microporus
|
5
|
Bercak daun bakteri
|
Pseudomonas mangiferae-indicae
|
6
|
Antraknosa
|
Colletotrichum gloesporiodies
|
7
|
Embun jelaga
|
Capnodium mengiferum
|
8
|
Kudis buah
|
Elsinoe mangiferae
|
9
|
Bercak karat merah
|
Cephaleuros mycoidea
|
10
|
Diplodia
|
Diplodia natalensis
|
Penyakit Penting Tanaman Mangga
No
|
Nama Penyakit
|
Nama Patogen
|
|||
1
|
Embun jelaga
|
Capnodium mengiferum
|
|||
2
|
Bercak karat merah
|
Caphaleuros mycoidea
|
|||
MANGGIS
Penyakit Pada Komoditas Manggis
Pengelola komoditas tanaman manggis (Pak Arya), sebenarnya tidak terlalu
mengeluhkan permasalahan mengenai berbagai penyakit tanaman pada manggis ini.
Tanaman manggis yang ia kelola sekarang adalah milik orang tua mereka.
Sehingga, tak ayal jika kondisi kebun yang ada bukan merupakan monokultur
manggis , tetapi bercampur dengan berbagai jenis tanaman lain seperti kakao,
rambutan dan lain-lain. Berdasarkan hasil surveilans tanaman manggis yang
dilaksanakan di Kampung Cengal, Desa Karacak, Kabupaten Leuwiliang diperoleh
daftar penyakit mayor dan minor pada tanaman manggis. Penyakit yang umum
(Mayor) diantaranya adalah bercak daun yang disebabkan oleh Pestalotia sp. ,
penyakit getah kuning yang terdapat pada buah yang disebabkan oleh 7 cendawan Fusarium oxysforum, jamur upas yang disebabkan oleh Upasia
salmonicolor, dan busuk buah yang disebabkan Botryodiplodia theobromae.
Sedangkan penyakit minor yang ditemukan adalah mati ujung yang disebabkan oleh Diplodia
sp. , kanker batang yang disebabkan oleh cendawan Botryosphaeria ribis,
dan penyakit hawar benang yang disebabkan oleh cendawan Marasmius scandens.
Bercak daun. Gejala
penyakit yang umum adalah adanya bercak tidak beraturan pada daun. Warna bercak
berbeda-beda tergantung dari jenis patogennya. Gejala serangan Helminthosporium
sp. berupa bercak berwarna coklat pada daun, Gloeosporium garciniae menimbulkan
bercak berwarna hitam pada sisi atas daun, sedangkan Pestalotia
(Pestalotiopsis) sp. adalah bercak dengan warna kelabu pada bagian
tengahnya. Pada pengamatan di desa caracak, kami banyak menemukan bercak daun
yang berwarna coklat yang disebabkan oleh Helminthosporium sp. (Juaidi
dan Hadisurisno, 2003)
Getah Kuning. Banyak
pendapat yang muncul tentang apa penyebab dari penyakit getah kuning ini.
Hadisutrisno dalam Peni (1996) menduga getah kuning manggis ini disebabkan oleh
infeksi cendawan Fusarium sp dan Botrydiplodia sp, namun belum
dapat dipastikan apakah pathogen tersebut merupakan pathogen primer penyebab
getah kuning atau hanya sebagai pathogen sekunder. Sunarjono (1998) menyatakan
bahwa getah kuning timbul akibat tusukan Helopeltis antonii yang mengeluarkan
toksin sehingga daging buah atau bekas tusukan menjadi kuning. Reza dkk. (2000)
menyatakan bahwa penyakit ini disebabkan oleh aspek fisiologis, misalnya
benturan oleh angin, luka bekas gigitan serangga dan luka saat pemanenan.
Kurniadhi (2004) mengemukakan bahwa ada beberapa pendapat sehubungan dengan
penyakit getah kuning pada buah manggis. Ada yang menduga penyakit getah kuning
merupakan penyakit fisiologis, hal ini terjadi karena pecahnya sel-sel kulit
buah yang disebabkan oleh perubahan potensial air. Akibatnya, keluar getah
bewarna kuning menempel pada daging buah. Pendapat lain menyatakan bahwa
penyakit getah kuning ini disebabkan terjadinya benturan antara buah yang satu
dengan buah yang lain, sewaktu masih dipohon maupun ketika dilakukan pemanenan.
Benturan itu menimbulkan luka pada kulit bagian dalam disusul keluarnya cairan
getah bewarna kuning. Menurut Heyne (1998) menyatakan bahwa keluarnya getah
kuning disebabkan oleh pengairan yang berlebihan setelah kekeringan. Melalui
uji postulat Koch pada buah manggis yang mengeluarkan getah kuning di
Laboratorium Hama dan Penyakit Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Hasil
isolasi pada media PDA dari berbagai bagian buah yang bergetah kuning
didapatkan 5 jenis cendawan dengan bentuk dan warna koloni yang berbeda. Semua
cendawan yang diuji tidak 8 selalu menyebabkan terjadinya getah kuning pada buah,
baik pada kulit maupun daging buah. Hal ini dapat dibandingkan dengan buah yang
tidak diperlakukan (kontrol). Pada kontrol juga ditemukan adanya getah kuning
pada kulit dan daging buah. Perlakuan Postulat Koch dengan cara tusukan dan
penempelan isolat juga tidak membuktikan bahwa cendawan yang diisolasi dari
buah yang bergetah kuning adalah penyebab munculnya getah kuning. Walaupun pada
kulit buah bekas tusukan ditemukan getah kuning namun daging buahnya tidak
bergetah kuning.
Gejala getah kuning pada manggis berasosiasi dengan bakteri yang berasal
dari golongan gram positif dari genus Corynebacterium (Corynebacterium sp1,
Corynebacterium sp2, Corynebacterium sp3). Bakteri ini
diduga sebagai pathogen penyebab penyakit getah kuning pada manggis
(Nurcahyani, 2005). Corynebacterium merupakan bakteri pathogen tanaman,
dalam media komplek biasanya berbentuk tidak beraturan pada fase eksponensial.
Bakteri ini menyebabkan penyakit dengan gejala puru, getah (berlendir) dan
layu. Umumnya bakteri ini berasosiasi hanya dengan satu genus tanaman inang.
Ukuran koloni Corynebacterium berkisar dari kecil (0,1-3 mm) sampai
besar (5-8 mm). Morfologi koloninya bulat, cembung (convex), tidak beraturan
dan fludial. Pada media yang kaya nutrisi biasanya akan terbentuk pigmen yang
bewarna kuning atau orange, namun beberapa spesies memang tidak membentuk
pigmen (Schaad dkk., 2001).
Getah kuning yang mengotori aril diduga karena rusaknya sel-sel epithelum
penyusun saluran getah di endocarp yang terjadi secara skizogen. Sehingga
dinding sel tidak memiliki lamela tengah dan diikuti dengan tekanan mekanik
yaitu desakan petumbuhan aril dan biji ke arah luar selama fase pembesaran buah
dan tekanan osmotik serta rendahnya kandungan Ca dan pH tanah. Hal ini
kemungkinkan disebabkan oleh tekanan turgor sel, serangga, cendawan atau
bakteri. Getah kuning yang dikoleksi dari kulit batang, kulit luar buah,
pericarp buah muda, aril buah muda dan dewasa menunjukkan hasil positif
terhadap senyawa triterpenoid, flavonoid dan tanin, akan tetapi menunjukkan uji
negatif terhadap senyawa alkaloid, saponin dan steroid, kecuali getah kuning
pada aril muda menunjukkan uji positif terhadap senyawa steroid (Dorly, 2009).
Jamur upas.
Penyakit ini lebih banyak terjadi pada musim hujan. Cabang atau ranting mati
akibat jaringan kulit yang mengering sehingga sering disebut penyakit mati
cabang atau ranting. Pada awalnya cabang atau ranting yang terinfeksi berwarna
mengkilat seperti perak, kemudian berubah warna menjadi merah jambu (seperti
kerak). Kerak tersebut 9 merupakan massa miselium cendawan yang kemudian
menyerang masuk ke dalam jaringan kulit. Pada saat itu jamur telah masuk ke
dalam jaringan kulit dan menyebabkan matinya cabang. Penyakit-penyakit lain
pada tanaman manggis ini diantaranya adalah mati ujung yang disebabkan oleh Diplodia
sp. , kanker batang yang disebabkan oleh cendawan Botryosphaeria ribis,
dan penyakit hawar benang yang disebabkan oleh cendawan Marasmius scandens.(
Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2012)
Gambar 3. Gejala Penyakit pada tanaman Manggis
(Dari Kiri atas ke kanan bawah) Hawar Benang, Bercak Coklat, Jamur Upas,
Getah Kuning, Bercak Coklat, Busuk Buah
Busuk Buah. Gejala
di lapangan dimulai dengan adanya kerak atau burik pada buah muda, burik
berwarna coklat, pecah-pecah dan sedikit mengeluarkan getah berwarna kuning.
Burik biasanya mulai dari ujung buah, kemudian menjalar ke arah sepal atau
sebaliknya. 10 Burik dapat juga pada sisi buah (Gambar di atas).
Kulit buah berwarna kehitam-hitaman dan mengkilap; selanjutnya warna berubah
menjadi hitam suram. Perubahan warna kulit diawali di bagian dekat tangkai buah
(pangkal buah), kemudian dengan cepat meluas ke seluruh bagian buah. Penampakan
buah tidak menarik (burik) dan buah menjadi keras. Setelah dibuka daging buah
berair, busuk dan lekat dengan kulit buah (Gambar di samping bawah). Penyakit
ini juga terjadi pada buah di penyimpanan. Penyebab penyakit busuk buah ini adalah
cendawan Botryodiplodia theobromae Penz. (Diplodia mangostanae Henn et Nyman),
cendawan Colletotrichum gloeosporioides Pat atau Glomerella cingulata (Stonem).
(Semanggun, 2007).
Hawar Benang. Gejala
di lapangan dimulai pada permukaan cabang atau ranting terdapat benang-benang
putih. Benang-benang putih tersebut hidup sebagai saprofit fakultatif, yakni
dapat hidup sebagai saprofit dan hidup sebagai parasit. Cendawan berupa
benang-benang putih, kemudian meluas hingga di bawah permukaan bawah daun dan menutupi
seluruh permukaan daun, sehingga lambat laun daun yang terserang akan mati.
Penyakit ini juga sering disebut thread blight
PEPAYA
Adapun penyakit-penyakit penting yang menyerang tanaman pepaya adalah:
a. Antraknosa
Penyakit ini disebabkan oleh patogen (Colletotrichum gloeosporioides).
Penyakit ini muncul pada buah yang belum matang (bewarna hijau). Gejala
tersebut dalam bentuk bercak-bercak cokelat sampai hitam pada buah.
Gejala-gejala awal adalah kebasah-basahan dan terdapat cekungan pada buah.
Bintik ini kemudian berubah menjadi hitam dan kemudian merah muda ketika jamur
menghasilkan spora daging di bawah titik menjadi lembut dan berair, yang
menyebar ke seluruh buah. Pada daun juga dapat dilihat. bintik yang akhirnya
berubah menjadi cokelat. Pada buah, gejala muncul hanya pada saat pematangan
dan mungkin tidak terlihat di waktu panen (Semangun 2000) Gejala yang nampak
adalah adanya tempat cekung di permukaan buah, yang kemudian memperbesar
membentuk lesion. Daging buah yang terkena menjadi lebih lembut dan cepat
membusuk. Penyakit ini disebabkan oleh (C. gloeosporioides). Cendawan
ini mempunyai aservulus berbentuk bulat, jorong, tidak teratur, berseta atau
tidak. Seta mempunyai panjang yang variabel, tetapi jarang yang lebih dari
200mm, tebal 4-8mm, bersekat 1-4, bewarna cokelat, pangkal agak membengkak
dengan ujung meruncing yang sering membentuk konidium pada ujungnya.
b. Bercak Daun Corynespora
Penyakit ini tersebar luas di daerah-daerah penanaman papaya di seluruh
dunia.. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah pada daun terdapat
bercak-bercak bulat dengan garis tengah mencapai 3cm, bewarna cokelat. Pusat
bercak sering pecah sehingga bercak berlubang. Jika menyerang tangkai daun maka
akan berbentuk jorong yang diliputi oleh miselium jamur tua bewarna cokelat.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Corynespora cassiicola. Dulunya nama
pathogen ini adalah Helminthosporium cassiicola. Miselium bewarna
cokelat muda dengan tebal 2-6mm membentuk konidiofor tunggal, tegakbatau agak
lentur. Konidium berbentuk lurus, melengkung, atau seperti gada terbalik.
c. Busuk Akar dan Pangkal Batang
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit penting di Indonesia. Hawar Phytophthora
dapat menjadi salah satu penyakit yang menghancurkan sebagian besar dari
pepaya. Penyakit ini muncul pada bermacam-macam umur. Selain pada akar dan
batang, penyakit ini juga timbul di buah baik yang masih muda atupun dalam
penyimpanan. Jamur ini menyebabkan berbagai kerusakan, termasuk damping-off,
busuk akar, batang membusuk dan girdling, dan busuk buah. Gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit ini adalah mula-mula daun layu, menguning, dan
menggantung di sekitar batang sebelum rontok. Daun mudapun juga menunjukkan
gejala yang sama sehingga tanaman hanya mempunyai sedikit daun-daun kecil di
puncaknya. Pada akar gejalanya adalah terdapat akar-akar lateral yang membusuk
menjadi massa bewarna cokelat tua, lunak, dan sering berbau tidak sedap. Pada
semai penyakit ini menyebabkan rebah kecambah (damping off). Pangkal
batang membusuk dan tampak seperti selai. Terdapat anggapan bahawa tanaman
pepaya itu mudah. Jika penanaman hanya untuk kebutuhan sendiri, memang
demikian. Namun, saat dikebunkan secara komersial, penyakit dumping off dan
kapang daun di pembibitan menjadi masalah yang serius. Dumping off timbul
kerana aerasi jelek atau kelembapan tinggi.Pemakaian pupuk kandang belum matang
memicu munculnya penyakit ini. Di dataran tinggi, Phythium aphanidermatum tidak
aktif. Peranannya diambil alih oleh Rhizoctonia dengan gejala serangan
sama. Rebah batang dapat dihindari dengan memakai media semai steril.
Sterilisasi dilakukan dengan medium suap air panas atau pemberian Basamid atau
formalin 4% selama 24 jam.
3.4 Nilai ekonomi
Pepaya (Carica papaya L.) merupakan salah satu jenis tanaman
hortikultura unggulan di Indonesia. Tanaman pepaya memiliki nilai ekonomi yang
tinggi. Produksi pepaya selama lima tahun terakhir termasuk dalam kelompok lima
besar produksi buah-buahan, terutama karena buah ini tersedia sepanjang tahun
(Ditjen Hortikultura 2010). Produksi pepaya terbesar di Indonesia berasal dari
Pulau Jawa. Selain dipanen buahnya, getah pepaya yang mengandung enzim papain
digunakan pada industri minuman, farmasi, kosmetik, tekstil dan kulit, serta
sebagai pembersih limbah (Astawan 2010). Indonesia menduduki peringkat keempat
sebagai negara pengekspor produk tanaman pepaya (Kalie 2008).
3.5 Masalah penyakit yang menonjol
1. Antraknosa
1.1 Gejala
Penyakit ini disebabkan oleh patogen (Colletotrichum gloeosporioides).
Penyakit ini muncul pada buah yang belum matang (bewarna hijau). Gejala
tersebut dalam bentuk bercak-bercak cokelat sampai hitam pada buah.
Gejala-gejala awal adalah kebasah-basahan dan terdapat cekungan pada buah.
Bintik ini kemudian berubah menjadi hitam dan kemudian merah muda ketika jamur
menghasilkan spora daging di bawah titik menjadi lembut dan berair, yang
menyebar ke seluruh buah. Pada daun juga dapat dilihat. bintik yang akhirnya
berubah menjadi cokelat. Pada buah, gejala muncul hanya pada saat pematangan
dan mungkin tidak terlihat di waktu panen (Semangun 2000) Gejala yang nampak
adalah adanya tempat cekung di permukaan buah, yang kemudian memperbesar
membentuk lesion. Daging buah yang terkena menjadi lebih lembut dan cepat
membusuk.
1.2. Penyebab penyakit
Penyakit ini disebabkan oleh patogen (Colletotrichum gloeosporioides). Klasifikasi
Colletotrichum gloeosporioides
Divisio : Mycota
Sub divisi : Eumycotyna
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Melanconiales
Family : Melanconiaceae
Genus : Colletotrichum
Species : Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc.
C. Gloeosporioides umumnya mempunyai konidium hialin berbentuk silinder dengan ujung ujung
tumpul, kadang-kadang berbentuk agak jorong dengan ujung agak membulat dengan
pangkal yang agak sempit terpancung, tidak bersekat, berinti satu, panjang 9 –
24 x 3 - 6 μm, terbentuk pada konidiofor seperti fialid berbentuk
silinder, hialin berwarna agak kecoklatan (Semangun, 2000).
1.3. Daur penyakit
Konidium membentuk buluh kecambah yang membentuk apresorium pada ujungnya.
Penetrasi terjadi langsung dengan menembus kutikula, merusak dinding sel dan
benang-benang jamur berkembang di dalam dan di antara sel-sel. Mula-mula
kloroplas rusak dan diikuti dengan rusaknya mitokondria, selama proses infeksi
patogen melepaskan enzim poligalakturonase, selulase, dan toksin (Semangun,
2000). Spora hanya dapat berkecambah bila ada air bebas, atau bila kelembaban
nisbi udara tidak kurang dari 95 %. Infeksi tidak akan terjadi bila kelembaban
udara kurang dari 96 %, spora tumbuh paling baik pada suhu 25 - 28 ˚C
(Semangun, 2000).
1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Faktor ini ditentukan oleh keadaan lingkungan dan penanganan buah pepaya.
Penyakit banyak ditemukan pada kebun-kebun yang lembab, pada tanah pH 5,5 atau
lebih rendah. Kerusakan lebih banyak terjadi pada buah yang luka.
1.5.Pengelolaan penyakit
Memperbaiki saluran pembuangan air dan memberantas gulma secara intensif,
memberikan pupuk yang berimbang dan ekstra sesuai dengan anjuran, tidak membuat
luka pada buah, membersihkan lahan dari sisa tanaman yang berpenyakit, mengatur
jarak tanam, tidak menanam pepaya secara tumpangsari dengan tanaman yang bisa
menjadi inang alternatif dari C. gleosporioides.
2. Bercak Corynespora casiicola
2.1. Gejala
Penyakit ini tersebar luas di daerah-daerah penanaman papaya di seluruh
dunia.. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah pada daun terdapat
bercak-bercak bulat dengan garis tengah mencapai 3cm, bewarna cokelat. Pusat
bercak sering pecah sehingga bercak berlubang. Jika menyerang tangkai daun maka
akan berbentuk jorong yang diliputi oleh miselium jamur tua bewarna cokelat.
2.2. Penyebab penyakit
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Corynespora cassiicola. Dulunya
nama pathogen ini adalah Helminthosporium cassiicola. Miselium bewarna
cokelat muda dengan tebal 2-6m membentuk konidiofor tunggal, tegakbatau agak
lentur. Konidium berbentuk lurus, melengkung, atau seperti gada terbalik
2.3. Daur penyakit
Konidium banyak ditemukan pada bercak daun dan disebarkan oleh angin dan
air hujan. Di udara konidium paling banyak ditemukan pada tengah hari. Patogen
yang menginfeksi jaringan daun dan buah muda tidak dapat berkembang sebelum
jaringan tersebut menua.
2.4. Pengelolaan Umumnya penyakit ini tidak menimbulkan kerugian yang
sangat berarti. Pengendalian yang selama ini dilakukan adalah menggunakan
fungisida sintetik.
3. Penyakit bakteri
3.1. Gejala
Penyakit daun papaya ini pertama kali dilaporkan terjadi di Jawa Timur.
Penayakit ini menimbulkan kerugian yang besar terutama pada musim 6 penghujan.
Gejala ini ditimbulkan adalah pada tanaman muda daun menguning dan membusuk.
Umumnya setelah beberapa lama tanaman akan mati pada tanaman atas,
lama-kelamaan diikuti matinya seluruh tanaman.
3.2. Penyebab penyakit
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Erwinia papayae. Sebelumnya
pernah disebut sebagai Bacillus papayae. Bakteri ini berbentuk basil,
panjang 1,0-1,5m, berantai, tidak berspora, gram negative, dan aerob.
3.3. Daur penyakit
E. papayae dapat
ditularkan oleh serangga. Cara pemencaran lainnya belum pasti. Infeksi dapat
terjadi pada sisi atas maupun sisi bawah daun. Percobaan penularan ke tanaman
lain tidak memberikan hasil. Penyakit ini berkembang baik pada musim penghujan.
3.4. Pengelolaan Sebelum meluas hal yang bisa dilakukan adalah bagian
tanaman yang terinfeksi segera dibuang (dipotong dan dibakar). Hal lain yang
bisa dilakukan adalah dengan budidaya dan pengelolaan tanaman yang baik
sehingga
4. Busuk Akar dan Pangkal batang
4.1. Gejala
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit penting di Indonesia. Hawar Phytophthora
dapat menjadi salah satu penyakit yang menghancurkan sebagian besar dari
pepaya. Penyakit ini muncul pada bermacam-macam umur. Selain pada akar dan
batang, penyakit ini juga timbul di buah baik yang masih muda atupun dalam
penyimpanan. Jamur ini menyebabkan berbagai kerusakan, termasuk damping-off,
busuk akar, batang membusuk dan girdling, dan busuk buah. Gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit ini adalah mula-mula daun layu, menguning, dan
menggantung di sekitar batang sebelum rontok. Daun mudapun juga menunjukkan
gejala yang sama sehingga tanaman hanya mempunyai sedikit daun-daun kecil di
puncaknya. Pada akar gejalanya adalah terdapat akar-akar lateral yang membusuk menjadi
massa bewarna cokelat tua, lunak, dan sering berbau tidak sedap. Pada semai
penyakit ini menyebabkan rebah kecambah (damping off). Pangkal batang
membusuk dan tampak seperti selai. Terdapat anggapan bahawa tanaman pepaya itu
mudah. Jika penanaman hanya untuk kebutuhan sendiri, memang demikian. Namun,
saat dikebunkan secara komersial, penyakit dumping off dan kapang daun
di pembibitan menjadi masalah yang serius. Dumping off timbul kerana aerasi
jelek atau kelembapan tinggi.Pemakaian pupuk kandang belum matang memicu
munculnya penyakit ini. Di dataran tinggi, Phythium aphanidermatum tidak
aktif. Peranannya diambil alih oleh Rhizoctonia dengan gejala serangan
sama. Rebah batang dapat dihindari dengan memakai media semai steril.
Sterilisasi dilakukan dengan medium suap air panas atau pemberian Basamid atau
formalin 4% selama 24 jam.
4.2. Penyebab penyakit
Penyakit ini disebabkan oleh patogen Phytophthora palmivora. Dahulu
patogen ini sering disebut sebagai Ph. Faberi Maubl atau Ph.
Theobromae. Patogen ini mudah dibiakkan. Patogen mempunyai banyak
sporangium besar dalam karangan simpodial, mempunyai papil terminal yang
menonjol.
4.3. Daur penyakit
Patogen ini merupakan patogen tular tanah dan dapat bertahan lama di dalam
tanah yang mengandung banyak bahan organik. Selain itu, dapat menginfeksi
berbagai tumbuhan inang, Patogen ini menyebar dengan bantuan air yang mengalir
dia atas permukaan tanah. Diduga penyakit dapat menyebar dengan perantaraan
sporangium yang terdapat pada permukaan buah yang terinfeksi.
4.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit
Penyakit ini umumnya dapat berkembang baik pada lingkungan yang sesuai.
Kerugian besar dapat terjadi pada keadaan tanah yang basah, khususnya jika air
mengalir di permukaan tanah. Selain itu suhu udara juga sangat membantu dalam
perkembangan penyakit. Penyakit ini berkembang optimal pada suhu udara 20-30C.
Infeksi lebih banyak terjadi pada akar yang luka. Selain itu juga pada buah
mtang yang lebih rentan terhadap penyakit ini. Penyakit rebah kecambah yang sering
menyerang persemaian terjadi pada suhu dan kelembaban yang tinggi. Penyakit
dibantu oleh tanah yang basah, drainase, dan aerasi tanah yang buruk, penanaman
biji terlalu dalam, dan jarak tanam yang terlalu rapat (Alfaeez 1987).
4.5. Pengelolaan
Pengelolaan penyakit ini dapat dilakukan dengan cara adanya drainase yang
baik, mencegah penularan pada tanaman lain dengan membongkar dan memusnahkan
bagian tanaman agar tidak menjadi sumber inokulum, selain itu diadakan rotasi
dengan tanaman lain. Untuk pengendalian di persemaian dilakukan dengan cara
menjaga pola pembibitan sehingga drainase dan aerasinya baik
TEH
Penyakit pada tanaman teh
Tanaman teh dapat terserang penyakit baik pada bagian daun maupun pada
bagian akar. Penyakit daun diantaranya terdiri dari cacar daun teh (Exobasidium
vexans), bercak kelabu (Pestaloptiopsis theae), bercak coklat (Colletotrichum
camelliae), bercak cercospora (Cercospora theae), penyakit
cercosporella (Cosporella theae), cara jala (Exobasidium reticulatum),
karat merah (Cephaleuros parasiticus),busuk daun (Cylindrocladum
scoparium) dan mati ujung petik (Pestalotia tehae). Sedangkan
penyakit akar terdiri dari penyakit akar merah anggur (Ganoderma
pseudoferreum), penyakit akar merah bata (Proriahypolatertia),
Penyakit akar hitam ( Rosellinia arcuata). Pathogen tidak hanya
menyerang bagian akar tetapi juga dapat menyerang bagian buah namun pathogen
yang menyerang buah dapat dikatakan tidak berpengaruh pada produksi karena buah
bukan merupakan sasaran dari produksi teh. Selain itu, pathogen dapat menyerang
pada saat persemaian seperti Cylindrocladium ilicicola yang menyerang pada saat
persemaian.
Penyakit pada teh yang digolongkan penting seperti Cacar daun teh, diamna
penyakit ini disebabkan oleh Exobasidium vexans. biasanya gejala
serangan terjadi pada pucuk peko, daun kedua dan daun ketiga. Gejala awal
terjadi bintik-bintik putih tembus cahaya, kemudain bercak melebar dengan pusat
tidak berwarna kemudian menonjol kebawah, lama-kelamaan pusat bercak menjadi coklat
dan terlepas sehingga daun menjadi berlubang. Penyebaran penyakit biasanya di
pengaruhi oleh kelembaban udara yang tinggi, angin, ketinggian lokasi dan sifat
dari tanaman tersebut. Pengendalian pada penyakit ini dilakukan denagn
pengaturan naungan, pemangkasan teh pada musim kemarau, pengaturan pemetikan
kurang dari 9 hari mengurangi sumber penularan baru karena pucuk terserang
sudah terpetik. Dan penanaman varietas tahan penyakit cacar seperti PS1 dan RB
1.
Penyakit busuk daun dapat disebabkan oleh Cylindrocladum scoparium biasanta
menyerang tanaman teh dipersemaian, adanya penyakit ini dapat menyebabkan
kematian pada bibit. Bibit yang terserang biasanya mengalami bercak-bercak
coklat pada daun induknya dimulai dari bagian ujung atau ketiak daun. Pada
serangan lanjut, daun induk terlepas dari tangkainya dan akhirnya stek mati.
Penyebaran terjadi karena konidia dari patogen tersebut dapat bertahan ditanah.
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan cara dilakukan pencegahan yaitu
mengatur kelembaban dpersemaian dan membuat parit penyalur air agar ridak
terjadi penggenangan. Jika sudah terjadi gejala biasanya digunakan penyemprotan
dengan fungisida.
Penyakit akar biasanya menular karena adanya kontak antara akar sehat dan
akar sakit melalui miselium yang terdapat pada tanah atau pada sisa-sisa
tanaman. Tanaman yang terserang biasanya menunjukan gejala daun menguning,
layu, gugur dan akhirnya tanaman mati. Penyebaran penyakit dapat dipengaruhi
oleh jenis atau kondisi tanah dan jenis tanamn pelindung. Pengendalian dapat
dilakukan dengan penanaman pohon pelindung yang tahan, pembongkaran tanaman
yang terserang, menjaga kebersihan kebun dan pemberian Trichoderma 200 gram
pada lubang tanah bekas tanaman yang di bongkar, dan tanamna disekitarnya pada
awal musim hujan. Perlakuan ini dilakuakn setiap 6 bulan sekali sampai tidak
ditemukan penyakit akar pada daerah tersebut. Pengendalian untuk semua penyakit
akar pada tanaman teh biasanya sama (Sukarja 1983).
Penyakit mati ujung (Die back) disebabkan Pestalotia longiseta menyerang
tanaman melalui luka atau bagian daun yang rusak. Gejala pada daun diatndai
dengan adanya bercak kecil berwarna coklat kemudian melebar. Pusat bercak
biasanya berwarna abu-abu dengan pinggiran berwarna coklat. Pathogen juga dapat
menyerang bagian ranting yang masih hijau dengan gejala yang sama. Miselium
dapat menyebar ke tunas samping dan dapat mengakibatkan kematian pada ranting.
Penyakit ini dapat terjadi pada tanaman yang kekurangan hara N dan K. Pemetikan
yang tidak hati-hati, angin kencang, serta cahaya matahari yang diterima
terlalu berlebihan. Pengendalian penyakit ini dapat dilakuakn dengan
pemeliharaan tanman yang baik, pemberian pupuk yang seimbang, sanitasi tanaman
yang sakit, pemberian tanaman naungan untuk mengurangi radiasi sinar matahari.
Penyakit karat merah yang disebabkan oleh Cephaloleheuros virescens gejala
yang ditunjukan yaitu adanya bintil orange kecoklatan berbentuk seperti cakram
pada permukaan atas daun yang lama kelamaan melebar dan tampa hangus. Warna
jingga atau orange merupakan hormon hematokrom yang dikeluarkan pada saat kotak
spora siap bereproduksi. Zoospora biasanya menyerang daun muda, tunas dan buah.
Pengendalian terhadap penyakit ini biasanya dilakukan secara mekanis dan
kimiawi. Secara mekanis basanya dilakukan dengan memangkas naungan karena
bagian tanaman yang terinfeksi biasanya pada bagian yang ternaungi. Selain itu
dilakukan denagn memperbaiki drainase agar kelembabanya berkurang. Sedangkan
secara kimiawi dapat dilakukan dengan fungisida berbahan aktif tembaga dan
senyawanya. Selain itu dapat dialkukan mencukupi kebutuhan air dan pupuk untuk
mencegah tanaman stress, serta pemangkasan secara teratur agar sinar matahari
dapat mengenai semua bagian tanaman (Sinulingga 2001)
Kerugian Akibat Penyakit pada Tanaman Teh
Adanya penyakit pada tanaman teh dapat menimbulkan kerusakan serta kematian
pada tanaman. Hal ini akan berdampak pada penurunan hasil produksi, adnaya
penurunan hasil produksi ini akan menimbulkan kerugian. Kerugian yang terjadi
dapat berupa kerugian lansung dan tidak langsung. kerugian langsung berkaitan
erat dengan bagian yang tanaman yang dimanfaatkan untuk dikonsumsi. Teh
merupakan tanaman yang dimamfaatkan adalah bagian daunnya, ketika bagian daun
tersebut terserang penyakit maka hal ini akan berpengaruh pada hasil produksi
yang diperoleh maka kerugian yang diakibatkan oleh penyakit pada daun dapat di
golongkan pada kerugian langsung. Sedangkan kerugian tidak langsung dapat
terjadi ketika penyakit menyerang bagian tanaman yang tidak dikonsmsi, tapi
keberadaanya mengganggu bagian yang dimanfaatkan.
Teh merupakan salah satu komoditi yang di ekspor. Uas perkebunan teh
diindonesia mencapai 124.573 Ha dengan produksi 151.617 ton/ hari. Produksi teh
indonesia untuk ekspor saat ini terkendala oleh adanya OPT seperti adanya
penyakit cacar daun dimana penyakit ini merupakan penyakit yang dapat
menyebabkan kerugian langsung karena berhubungan langsung dengan bagian yang
dikonsumsi. Luasa serangan yang terjadi di daerah Jawa Barat pada tahun 2011
menunjukan bahwa tingkat kerusakan ynag diakibatkan oleh penyakit cacar daun
teh yaitu sebesar 5.796,84 Ha. serangan cacar daun teh dapat menurunkan hasil
hingga 40-50% atau sekitar 65 juta rupiah kerugian yang di alami oleh petani
teh. Selain itu, adannya serangan berdampak pada serangan kualitas teh. Dimana
kualitas teh menjadi menurun akibat berkurangnya kandungan theaflavin,
thearubigin, kafein, substansi polimer tinggi, dan fenol pada bahan baku pucuk
teh yang menentukan cita rasa teh.
No comments:
Post a Comment